SURABAYA, KABARHIT.COM - PT KAI Daop 8 Surabaya mengajak Perkumpulan Begandring Soerabaia mengunjungi Depo Sidotopo pada 15 Oktober 2023 guna mengedukasi masyarakat tentang bangunan bersejarah dan perawatan sarana kereta api.
Pengoperasian Depo Sidotopo telah memasuki usia 100 tahun setelah aktif sejak tahun 1923. KAI mengajak Komunitas Pecinta Sejarah Kota ‘‘Begandring Soerabaia‘‘ untuk melihat dekat Depo Sidotopo dan proses perawatan lokomotif.
Baca juga: Lomba Burung Berkicau Danpuspenerbal Cup 2024 Meriahkan HUT ke-68 Penerbal 2024
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wadah berinteraksi langsung antara masyarakat pecinta sejarah kereta api dan pengelola Depo Sidotopo", ungkapnya.
Ketua Perkumpulan Begandring Soerabaia Nanang Purwono menceritakan sejarah Depo Lokomotif Sidotopo di masa Hindia Belanda. Surabaya dipilih sebagai titik nol pembangunan jalur Kereta Api di Jawa Timur. Setelah mengalami kesulitan pada pembangunan jalur kereta swasta, pemerintah Hindia-Belanda memutuskan untuk membentuk Staatsspoorwegen pada 6 April 1875 sebagai pengembang jalur kereta sendiri. Proyek pembangunan menghubungkan Surabaya - Pasuruan - Malang.
Jalur ini dibuka pada tanggal 16 Mei 1878, lintas Surabaya - Pasuruan. Selesai dibangun pada tahun 1879 dengan dibukanya seksi terakhir antara Lawang - Malang pada tanggal 20 Juli 1879. Awalnya, perbengkelan dan depo lokomotif difokuskan di area Stasiun Surabaya Kota atau Stasiun Semut. Seiring waktu, jaringan rel kereta semakin luas setelah tahun 1900. Hal ini disertai dengan pertumbuhan jumlah dan ukuran lokomotif milik Staatsspoorwegen yang juga semakin banyak dan besar. Oleh karena itu, dibutuhkan depo yang lebih besar untuk memberikan fasilitas yang dibutuhkan. Perusahaan berusaha untuk membuat depo baru yang lebih modern dan lebih besar daripada depo lama di stasiun Surabaya Kota.
Pada tahun 1918, Depo Induk Lokomotif Baru dan emplasemen besar dibangun di Sidotopo untuk mengurangi ketergantungan terhadap bengkel pusat di Madiun yang kurang strategis.
Nanang Purwono mengungkapkan bahwa daerah Sidotopo berubah dalam waktu 3 tahun. Emplasemen barang diselesaikan pada tahun 1921 dengan luas lebih dari 80 hektar dan diklaim sebagai yang terluas dan terbesar di Asia menurut 'Deli Courant' pada tanggal 9 Mei 1921. Koran melaporkan bahwa emplasemen ini mulai digunakan sejak 30 April dengan ukuran 3 km x 300 m.
Baca juga: Kloter Pertama, Gubernur Adhy Lepas Jemaah haji Emberkasih Surabaya ke Tanah Suci
Pembangunan Depo Lokomotif masih berlangsung (S. dalam buku ulang tahun Staatsspoorwegen ke-50). Depo Lokomotif Sidotopo aktif sejak 1923 (Reitsma). J.J. Dalam bukunya, G. Oegema menyebut Depo Sidotopo sebagai Depo Induk paling modern saat itu.
Manajer Humas KAI Daop 8 Surabaya, Luqman Arif menambahkan, semua yang ada di kawasan Depo Sidotopo ini memang masih sangat otentik. Meski ada beberapa renovasi, namun tak merubah bangunan asli sejak dibangun. Saat ini Depo Sidotopo difungsikan sebagai tempat perawatan maupun perbaikan lokomotif, kereta, dan gerbong.
Disamping itu di kawasan ini juga terdapat stasiun, klinik kesehatan milik KAI, dan griya karya yang merupakan tempat beristirahat untuk masinis. Dengan adanya kunjungan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan terkait sejarah berdirinya Depo Sidotopo, serta memperingati 1 abad berdirinya Depo Sidotopo,'' tutup Luqman Arif.
Baca juga: Pemprov Jatim Mulai Benahi 331 Fasum Terdampak Gempa Bumi di Pulau Bawean
Artikel ini telah tayang sebelumnya di kabarhit.com dengan judul "KAI Daop 8 Ajak Perkumpulan Begandring Soerabaia Kunjungi Depo Sidotopo ,Depo Terbesar Di Asia Pada Masanya". lihat harikel asli disini
Editor : Redaksi