Tinjauan Akademis Perang Hamas vs Israel

awsnews.id
Wibisono,SH,MH

Oleh: Wibisono,SH,MH

Sudah hampir dua pekan perang Hamas vs Israel berlangsung sengit, terkait permasalahan perang Israel vs Hamas yang masih terjadi sampai saat ini, korban terus berjatuhan di kedua pihak. Menjadi catastrophic tragedy. Konflik Israel Palestina sebenarnya sudah mulai ada penyelesaian, melalui upaya keras PBB dan negara-negara berpengaruh di dunia, serta pendekatan khusus oleh beberapa negara Arab.

Baca juga: Mayjen TNI Rafael Terima Penghargaan Prapanca Award dari PWI Jatim

Ada kesalahan atas terjadinya perang Israel vs Hamas, yang saat ini telah menjadi tragedi kemanusiaan yang luar biasa, apapun alasan terjadinya perang tersebut.

Kesalahan pertama, dari Hamas, yang tidak berpikir bahwa serangannya secara mendadak dan masif ke Israel pada Sabtu 7 Oktober 2023 pagi menjelang siang, Hamas tidak menyadari bahwa Israel akan membalas dengan cara apapun dan tanpa ampun, bila ada serangan terhadap Israel, apalagi korban pada hari Sabtu tersebut, membuat tewasnya lebih 1.000 orang Israel. Saat ini sudah 1.200-an tewas. Hal ini membuat Israel dan negara sekutunya marah besar, dan dapat diprediksi bahwa jalur Gaza akan luluh lantah.

Sikap Israel membela dan mengamankan negara dan warga negaranya juga bisa dilihat dari kasus Entebbe 1976 dan serangan terhadap atlet Israel di Olimpiade Munich 1972. Semua pelakunya dihajar habis sampai ke ujung dunia.

Beberapa analis dari para pakar berpendapat bahwa fakta sejarah, Israel tidak pernah kalah perang, walaupun pernah dikepung dan diserang habis-habisan oleh negara-negara kawasan Timteng (Perang Enam Hari).

Kesalahan Hamas tersebut tidak memperhitungkan bahwa serangan balik Israel akan lebih brutal dan memakan banyak korban rakyat Palestina yang tidak bersalah. WN Israel yang sedang disandera Hamas saat ini, mereka juga sudah mewakafkan dirinya, siap mati demi negaranya. 

Bahkan mereka siap dengan ancaman kematian yang mungkin mrk akan dieksekusi pihak Hamas atau dijadikan tameng hidup oleh Hamas (human shield). Korban serangan Hamas hari Sabtu itu, juga menewaskan belasan WN AS dan WN beberapa negara lainnya. Ratusan orang juga masih disandera Hamas di jalur Gaza. Beberapa wartawan internasional juga tewas. 

Hal ini juga membuat Amerika Serikat semakin marah, dan sudah memperingatkan agar negara manapun, organisasi manapun, kelompok manapun, yang akan ikut campur membela Hamas, akan menghadapi resiko besar dari AS, perang total, atau sanksi ekonomi.

Kesalahan kedua, adalah kesalahan Intelijen Israel, khususnya Mossad. Mereka kecolongan, walaupun sampai saat ini Jubir Israel tidak merespon pertanyaan media internasional bahwa "Intelijen Israel kecolongan". Jubir Israel memilih kalimat bahwa masalah kecolongan tersebut akan dijawab ke rakyat Israel (yang saat ini mempertanyakan kinerja intelijennya yang kecolongan).

Termasuk ke dunia internasional, namun pertanyaan itu akan dijawab pada saat invasi Israel ke Gaza tuntas, dengan salah satu indikasi: Memastikan bahwa kelompok Hamas di Jalur Gaza semua sudah tewas atau ditangkap, serta tidak ada lagi potensi serangan ke Israel di masa mendatang dari Jalur Gaza.

Update terakhir, Israel sudah menyerang kelompok militan Hizbullah di Lebanon, menyerang lebih parah beberapa sasaran di Tepi Barat (karena ada serangan roket dari Tepi Barat), menyerang Suriah, dan Israel sudah memasuki wilayah Jalur Gaza, untuk mencari dan menangkap Hamas, serta menyelamatkan sandera yang masih ditahan Hamas. 

Kapal Induk AS sudah merapat ke kawasan Teluk. AS saat ini juga sudah berkomitmen ke Arab Saudi bahwa akan memberikan bantuan kemanusiaan kepada Israel dan Palestina yang tedampak, serta mencegah agar perang tidak meluas.

Israel telah komit bahwa Masjid Al Aqsa tidak akan menjadi sasaran serangan Israel karena Masjid Al Aqsa adalah salah satu masjid suci umat Muslim sedunia. Bisa terjadi perang dunia ketiga jika terjadi insiden kerusakan terhadap Masjid Al Aqsa oleh Israel. Israel sadar itu.

Adapun jika terjadi insiden di area Masjid Al Aqsa di Jerusalem selama ini, itu karena adanya perilaku beberapa tentara Israel dan beberapa orang Palestina, yang saling terprovokasi untuk saling bentrok, tidak jarang timbul korban tewas. Seperti saat Sholat Jumat di Masjid Al Aqsa kemarin, tetap berlangsung namun dengan pengawasan ketat pihak Israel.

Israel mengklaim bahwa serangan totalnya ke Jalur Gaza saat ini, sebagai reaksi keras atas serangan Hamas pada Sabtu lalu itu, tidak terkait konflik dengan Islam. Tapi ditujukan kepada Hamas sebagai kelompok teror. Semua agama, Yahudi, Kristen, Islam, Syiah, Baha'i, termasuk penganut agama Druze, hidup harmonis dan bisa beribadah dengan baik. 

Ada beberapa anggota DPR Israel (Knesset) yang beragama Islam. Israel juga menjadi negara pertama yang membantu gempa di Maroko, warga Israel juga melakukan aksi demo besar-besaran saat ada seorang perempuan Iran diperlakukan diskriminatif oleh Pemerintah Iran beberapa bulan lalu.

Itulah mengapa negara-negara di kawasan Timur Tengah, saat ini tidak terlalu memusuhi Israel, hanya minta agar perang di jalur Gaza bisa segera dihentikan, memberikan akses pengungsi dan bantuan kemanusiaan. Mereka juga minta serangan Israel ke jalur Gaza terhadap Hamas, menghormati hukum perang internasional, (International Humanitarian Law), dan tidak brutal.

Baca juga: Mas Hakim Sosialisasi di Arena CFD Jombang, Targetkan Gen Z Demam Wayang Topeng Jati Duwur

Untuk mencegah kemungkinan warga sipil menjadi korban semakin bertambah, dan tidak salah sasaran (seperti masjid, sekolah, kampus, rumah penduduk, rumah sakit). Kemungkinan serangan Israel mengenai fasilitas-fasilitas publik tersebut, nampaknya sulit dihindari karena Hamas diduga juga ada di situ, dan faktor keakuratan misil Israel.

Negara-negara Arab (termasuk Arab Saudi) bisa membedakan otoritas Palestina dengan Hamas. Di Palestina juga banyak faksi-faksi yang bertentangan satu sama lain. Presiden Palestina Mahmoud Abbas (yang tinggal tidak di Jalur Gaza tapi di Tepi Barat), juga dinilai tidak bernyali untuk mengeluarkan pernyataan tegas atas perang Hamas Israel. 

Hal itu membuat Konselir Jerman memutuskan menghentikan bantuannya selama ini kepada Palestina (baik yang hidup di Jalur Gaza maupun di Tepi Barat). Maksud Presiden Abbas adalah tidak mau berkomentar yang dapat malah memicu masalah lagi.

Perang dapat meluas dan mengerikan, bilamana Iran terbukti terlibat membantu Hamas (sampai saat ini Jubir AS menyatakan belum ada indikasi bahwa Iran membantu Hamas utk aksi serangan hari Sabtu tersebut). Meski AS dan Israel sebenarnya sudah tahu bahwa Iran sudah banyak membantu Hamas selama ini.

Oleh karena itu, pentingnya belajar sejarah dan analisa kejadian dari berbagai sumber yang berbeda. Media televisi saat ini juga terbelah, ada yang mendukung Palestina dan ada juga yang mendukung Israel.

Televisi yang cenderung pro Palestina (tapi tidak mendukung Hamas) seperti yang disiarkan Al Jazeera (dari Doha Qatar). Di satu sisi media televisi yang condong mendukung Israel adalah CNN (disiarkan dari Atlanta AS). Adapun media televisi cenderung agak netral Euronews (disiarkan dari Lyon Prancis).

Masyarakat di seluruh dunia (termasuk di AS) juga terpecah. Ada pro Israel dan ada juga pro Palestina. Ada beberapa tokoh saja yang mendukung Hamas dan Palestina tapi tidak bisa membedakan bahwa Hamas dan Palestina adalah berbeda. 

Saat ini sedang terjadi juga perang propaganda melalui medsos antara ketiga kelompok pikiran tersebut. Hal itu dinilai agar masyarakat internasional memberikan dukungannya melalui aksi-aksi unjuk rasa atau memviralkan film pendek satu sama lain yang berbeda tema (untuk menumbuhkan empati).

Apapun alasannya, isu konflik agama, isu  pendudukan, dan masalah HAM, penyematan teror dari negara Barat terhadap Hamas, alasan balas dendam Israel, tetap saja tragedi kemanusiaan ini tidak bisa dibenarkan. 

Baca juga: PN Surabaya Didemo, Nama Crazy Rich Budi Said Dicatut Dalam Kasus Tanah

Karena korban sipil tidak bersalah sangat besar jumlahnya dan terus bertambah. Arus pengungsi terus mengalir ke perbatasan Mesir dan sebagian kebingungan mencari tempat yang lebih aman. 

Lebih 1,1 juta warga Palestina di Gaza saat ini dipaksa mengungsi ke Mesir, agar mereka tidak menjadi korban serangan Israel. Israel sudah memberikan peringatan untuk mereka segera meninggalkan Jalur Gaza untuk sementara waktu menuju Jalur Gaza bagian selatan dekat perbatasan Mesir. 

Tapi justru Hamas saat ini minta masyarakat Palestina agar tetap tinggal di jalur Gaza, tidak menuruti peringatan Israel. Masyarakat di sana saat ini juga telah mengalami kekurangan makan, krisis air, tanpa listrik dan BBM, terbatas stok medis, dan krisis lainnya. 

Perlu biaya miliaran USD untuk merestrukturisasi infrastruktur di Gaza yang sudah luluh lantak. Baru saja ada pernyataan Presiden AS bahwa prihatin atas makin banyaknya korban masyarakat yang tidak berdosa, AS akan mengirim bantuan kemanusiaan, bahwa keberadaan Hamas sebenarnya tidak dikehendaki sebagian besar masyarakat Palestina di jalur Gaza, dan AS akan meningkatkan upaya diplomasi agar situasi tidak makin runyam.

Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, memberikan ampunan kepada kita, dan semoga kedamaian kembali terwujud di kawasan Timteng. Aamiin YRA.


Penulis: Pengamat Militer

 

 

Artikel ini telah tayang sebelumnya di hariannasionalnews.com dengan judul "Tinjauan Akademis Perang Hamas vs Israel". lihat harikel asli disini

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru