Pakar Komunikasi Politik Ini Apresiasi Wacana Pertemuan Jokowi dengan Puan

awsnews.id
Jokowi dan Puan Maharani (Foto: Istimewa)

JAKARTA, HiNews - Pengamat Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengapresiasi rencana pertemuan Puan Maharani dengan Jokowi.

Menurut Emrus, ajang pertemuan itu dapat dimaksani sebagai sarana untuk saling mengklarifikasi terkait kondisi politik saat ini.

Baca juga: Kondisi Eropa Yang Berubah Sekularistik

"Kalau memang ada rencana pertemuan dengan Joko Widodo suatu hal yang bagus, sehingga bisa saling klarifikasi tentang beberapa hal karena belakangan ini kita melihat ada dinamika politik yang sangat tidak begitu produktif antara hubungan Jokowi dengan PDI Perjuangan," kata Emrus dalam keterangannya, Rabu (23/11/2023).

Hubungan Jokowi dengan PDIP, menurutnya, mulai terasa renggang ketika putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka maju di Pilpres 2024.

Emrus berpandangan bahwa langkah Gibran masuk dalam arena kontestasi ini menjadi perbincangan negatif publik lantaran berdasar pada putusan MK yang cacat secara etik.

"Ya itu tentu saya melihat sejak Gibran menggunakan keputusan Om-nya (mantan Ketua MK Anwar Usman). Sehingga banyak wacana publik di luar sana yang tidak baik bagi Gibran, bagi Jokowi bahkan, bagi keluarga dan sudah menjadi perbincangan publik dan sudah ada di sosial media," ungkap komunikolog ini.

Emrus menegaskan, seharusnya Jokowi sebagai kader PDIP menaati keputusan partai yang mendukung Ganjar Pranowo-Mahfud Md. Begitu pun Gibran yang juga anggota partai sejatinya mengambil sikap yang sama.

"Jokowi seharusnya tegak lurus mendukung Ganjar tetapi justru dia mengusung Gibran. Nah kemudian Gibran yang harusnya adalah kader PDI perjuangan, harus juga mendukung Ganjar secara etika dan moral politik," ucapnya.

Karena itu, pertemuan itu kata Emrus, penting untuk saling bertukar tentang pengetahuan pengalaman dan segala hal yang terkait dengan isu politik kekinian di Indonesia. Saat ini, isu politik Tanah Air lebih didominasi soal relasi antara PDIP dengan keluarga Joko Widodo.

Baca juga: Catatan Politik Didik J Rachbini

"Saya kira pertemuan ini baik sekali," dia menegaskan.

Lebih lanjut kata Emrus, Presiden Jokowi dalam sejumlah kesempatan menyorongkan nama Ganjar Pranowo sebagai capres yang tepat di 2024. Bahkan Jokowi sempat merancang kemeja garis-garis hitam-putih untuk kampanye Ganjar.

"Jokowi sebelumnya tampaknya Ganjaris tapi begitu mudahnya berubah. Saya kira perlu adanya klarifikasi antarmereka sehingga hubungan relasi PDI Perjuangan katakanlah lebih bisa membuka pintu, jadi cair," ujarnya.

Kata Emrus, saat ini sikap politik keluarga Jokowi sudah tidak mengikuti irama PDIP. Indikator itu sudah terlihat dari langkah politik yang ditempuh dari masing masing keluarga Jokowi.

Baca juga: Jelang Pilkada Kota Bekasi, Masyarakat Diminta Tak Pilih Politisi Kutu Loncat

"Apakah itu disebut meninggalkan atau tidak meninggalkan (PDIP)? Yang pasti tidak satu garis dengan mengusung Ganjar. Sehingga saya definisikan Jokowi maupun Gibran maupun Bobby telah meninggalkan PDIP sementara PDIP Perjuangan sudah berjasa untuk mereka," urainya.

Terkait dengan netralitas Jokowi dalam Pilpres 2024, Emrus menilai itu bisa dilakukan sebatas hukum dan perundang- undangan. Namun secara psikologis, sosiologis, antropologis, dan politik, tidak mungkin itu dapat dilaksanakan.

"Kalau Jokowi sungguh-sungguh netral harusnya anaknya dikatakan 'Hei jangan jadi calon kau", baru netral. Kalau anaknya tidak maju, berarti dalam pemilu ini yakin dengan netralitasnya. Tapi kalau anaknya maju, saya katakan empat poin tadi, tidak mungkin netral," pungkasnya. **

Artikel ini telah tayang sebelumnya di harianindonesianews.com dengan judul "Pakar Komunikasi Politik Ini Apresiasi Wacana Pertemuan Jokowi dengan Puan". lihat harikel asli disini

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru