Publik Diminta Tidak Terjebak Opini Hasil Survei Capres-Cawapres

awsnews.id
Foto: Ilustrasi

JAKARTA, HINews - Jelang pemilihan presiden (Pilpres) yang akan digelar 2024 mendatang publik terus disuguhkan terkait dengan elektabilitas pasangan capres-cawapres yang dirilis oleh sejumlah lembaga survei.

Meski demikian, hasil survei tidak bisa dijadikan pegangan untuk mengambil keputusan dalam Pemilu 2024. Hal itu dikarenakan hasil survei yang dikeluarkan lembaga survei kerap berbeda di luar batas margin of error. Padahal seharusnya, perbedaan hasil tidak akan menjadi masalah jika masih berada pada batas margin of error.

Baca juga: Kondisi Eropa Yang Berubah Sekularistik

"Saya melihat hasil survei di Indonesia tidak boleh menjadi acuan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mengambil keputusan, buktinya ada berbeda," ungkap diramaikan pengamat komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing dalam keterangannya, Junat (29/12/2023).

Oleh karena itu, Emrus meminta agar publik berhati-hati dengan opini yang bisa terbentuk dari hasil survei.

"Supaya kita tidak digiring," ungkapnya.

Publik pun diminta untuk bersikap kritis terhadap hasil survei elektabilitas pasangan calon.

"Sepanjang tidak dibuka sumber pendanaannya, sepanjang itu pubik harus pertanyakan hasil survei. Jangan langsung terima hasil survei. Bongkar sumber pendanaan, bongkar metodologinya, termasuk kuesionernya," tambahnya.

Emrus menambahkan metodologi survei yang digunakan lembaga survei pun perlu didiskusikan lebih lanjut. Selain metodologi, pertanyaan survei pun berbunyi jika pemilu dilakukan hari ini.

"Itu kan pada saat kalau andaikan pemilu hari ini. Artinya sangat dinamis," ujarnya.

Emrus juga menyebut beberapa contoh pilkada yang justru dimenangkan oleh paslon dengan elektabilitas rendah dan tidak diunggulkan.

"Coba cek beberapa pilkada yang justru dimenangkan kandidat dengan elektabilitas rendah," katanya.

Sebelumnya, dua lembaga survei kenamaan, CSIS dan Indikator Politik mengeluarkan hasil survei elektabilitas Pasangan Calon (Paslon) Presiden dan Wakil Presiden.

Hasil survei CSIS menyebutkan paslon Prabowo-Gibran unggul 43,7%, Anies-Muhaimin 26.1% dan Ganjar-Mahfud 19.4%.(Survei 13 - 18 Desember 2023).

Namun survei Indikator Politik yang digelar pada 23-24 Desember 2023 terhadap 1.217 responden menunjukkan berbeda, yaitu: Elektabilitas Prabowo-Gibran 46,7%, Ganjar-Mahfud 24,5%, Anies-Muhaimin 21%. Perbedaan ini cukup mencolok, meski survei dilakukan dalam waktu yang berdekatan.

Baca juga: Catatan Politik Didik J Rachbini

Oleh sebab itu, Emrus menekankan bahwa pertarungan belum dimenangkan kendati sudah mengantongi hasil survei elektabilitas tinggi. Ia pun meyakini Pilpres 2024 akan berlangsung dua putaran.

"Oleh sebab itu, para 3 kandidat silakan berjuang, para tim sukses, rangkul rakyat, dekati rakyat, kasih program yang rasional yang operasional. Misalnya sumber pendanaannya dari mana? Masuk akal gak?" pungkasnya.

Direktur Eksekutif Indonesia Presidential Studies, Nyarwi Ahmad mengatakan, walau semangat untuk Pilpres satu putaran begitu besar dikejar oleh Paslon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming, belum jadi kenyataan.

“Untuk Prabowo-Gibran satu putaran hari ini sangat kecil kemungkinannya. Dengan kondisi dinamika pasar politik yang dinamis dan demokratis, artinya tidak ada intervensi, tida ada tekanan dari aparat atau pelanggaran pemilu, masih cukup sulit, dan butuh kerja keras,” kata Nyarwi, Kamis (28/12).

Adapun dua hasil survei elektabilitas terkini, masih menyisakan ruang cukup besar yang bisa diperebutkan tiga paslon. “Rentangnya masih cukup lebar. Menurut hitungan saya, masih perlu sekitar 8% lebih kalau mau satu putaran,” sebut Nyarwi hari ini.

Dari persentase itu, terdapat pemilih yang sulit didekati, butuh kerja keras untuk diyakinkan. Karena rentang yang masih cukup itu, paslon 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD harus optimis bisa mempertebal suara dan dukungan.

Nyarwi yang juga dosen komunikasi politik Universitas Gajah Mada (UGM) ini menjelaskan, sisa waktu kampanye 1,5 bulan lagi, waktu yang panjang namun harus dipergunakan dengan baik. Ketiga paslon harus bersikap kritis terhadap dinamika politik, termasuk beragam hasil survei elektabilitas Capres-Cawapres.

Baca juga: Jelang Pilkada Kota Bekasi, Masyarakat Diminta Tak Pilih Politisi Kutu Loncat

“Tetapi ini menandakan bahwa peluang Ganjar-Mahfud dan akan sangat terbuka untuk lolos di putaran kedua. Baik Ganjar-Mahfud atau Anies-Muhaimin masih sangat kompetitif," tandas Nyarwi.

Hal senada diungkap Ketua TPN Ganjar-Mahfud, Arsjad Rasjid menanggapi dua hasil survei yang mengunggulkan paslon lain. Ia mengungkap, jagoannya itu lebih berfokus turun ke masyarakat ketimbang melihat hasil survei.

“Jangan percaya pada hasil survei. Kami fokus pada pekerjaan untuk memenangkan Ganjar Mahfud dan biarkan masyarakat memilih sesuai hati nuraninya. Kami yakin Ganjar Mahfud adalah pilihan rakyat karena dekat dan turun selalu ke bawah. Ini faktor pembeda Ganjar Mahfud dari pasangan lain,” ujar Ketua TPN Ganjar Mahfud Arsjad Rasjid.

Sebelumnya, Ketua Badang Pengurus SETARA Institute Ismail Hasani menyerukan agar lembaga survei bersikap netral dalam kinerja masing-masing terkait Pemilu 2024. Karena belakangan ini masyarakat disuguhkan dengan beragam survei tentang elektabilitas capres dan cawapres yang dinilai semakin tidak masuk akal.

“Posisi lembaga survei ini tidak pernah kita tahu, apakah mereka merangkap sebagai konsultan politik, juru kampanye yang berlindung di balik survei atau agitator yang ditugasi untuk menggiring opini,” katanya.**

Artikel ini telah tayang sebelumnya di harianindonesianews.com dengan judul "Publik Diminta Tidak Terjebak Opini Hasil Survei Capres-Cawapres". lihat harikel asli disini

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru