Dari yang Tersisa III (Bagian I)

awsnews.id
Ilustrasi/net

SURABAYA, awsnews.id - "Harusnya engkau paham, bahwa Nita sekarang berubah dan mulai belajar memperbaiki diri, jadi sebenarnya tidak ada alasan bagi kamu untuk tidak rujuk  sama Nita!" kata Ira kepada Rimba.

Rimba hanya diam, dia tidak menjawab ucapan Ira. Sudah berapa kali Ira membujuk Rimba agar mau rujuk kembali dengan sepupunya, Nita.

Akan tetapi Rimba tidak memberikan jawaban apapun. Saat Ira membahas itu, Rimba mengalihkan pembicaraan ke hal lain.

Namun, Ira tidak kalah cerdas sebagai mantan penyiar radio pastinya dia lihai mengolah kata-kata.

Kendati begitu, Rimba yang juga sebagai mantan aktivis juga seorang yang aktif di dunia jurnalistik juga tidak kalah dalam olah pikir maupun memberikan alasan yang masuk akal.

Sehingga adakalanya Ira kelabakan sendiri dan terjebak dengan kata-kata nya.

Sebenarnya bukan hanya Ira yang memaksa agar Rimba kembali ke pangkuan Nita, akan tetapi Nita sendiri kerap menghubungi Rimba dan memintanya kembali hidup  bersamanya.

Kendati begitu, Rimba hanya tersenyum menyikapi hal itu, entahlah dia seolah tidak tertarik membahas masa lalunya apalagi berbagi lagi kasih dengan Nita.

"Iya aku sadar, saat itu Adikku Nita tidak bisa menilai mana emas murni dan emas pasaran. Sehingga dia menjadi buta daratan. Tapi setelah dia tahu hal itu, dia menyesal dan benar-benar ingin rujuk dengan mu." tegas Nita.

"Kesempatan balik itu sebenarnya ada Ir, tapi itu dulu! Aku bahkan membujuknya agar dia mau rujuk dengan ku. Aku memintanya sampai 3x. Tapi dia kekeh pada pendiriannya, dan setelah saya benar-benar tak ada hasrat bersamanya aku diminta rujuk." ujar Rimba.

Mendengar penjelasan Rimba, Ira kaget dia tidak menyangka permintaan rujak ia sudah sampaikan 3 kali. Tapi malah diabaikan oleh sepupunya itu.

Ira saat ini jadi diam seribu bahasa, bahkan rasa hausnya tidak terasa lagi, padahal sebenarnya dia ingin meneguk minuman yang dipesannya.

Sementara Rimba menahan emosinya. Dia ingin marah, mengamuk menghancurkan segala disekitarnya. Otaknya tidak kuat mendapat tekanan bertubi-tubi dari Ira.

Karena saat ini dia tidak pernah mengharapkan Nita kembali, dia sudah tak kepikiran hal itu. Nama Nita sudah dihapus dan dibakar hingga tak menyisakan debunya.

Andai di tepi lautan, Rimba akan meluapkan kemarahannya pada karang, air laut hingga pasir yang berserakan. Tapi Rimba selalu mampu menetralisir amarahnya, hingga hatinya menjadi tenang.

"Kamu juga harus tahu Ir, Nita juga pernah minta rujuk, permintaan itu disampaikan berapa kali. Baik saat dia menelpon atau pun saat datang kesini. Tapi aku tidak mengubrisnya," terang Rimba.

Ira masih masih diam seribu bahasa, tidak langsung menanggapi ucapan Rimba. Sebab yang dibeberkan Rimba juga pernah diceritakan oleh Nita.

Sehingga Nita meminta Ira membujuk Rimba bersedia kembali bersamanya.

Setelah Nita baru sadar bahwa lelaki yang dulu dianggap tidak pernah ada dan selalu diremehkan saat ini merupakan orang yang benar-benar dibutuhkan.

Tapi bagi Rimba semuanya telat, lewat begitu saja karena dia sudah memberikan waktu 3x, namun permintaan itu diacuhkan.

Bagi Rimba, bila dia sudah meninggalkan suatu perkara. Maka dia tidak akan pernah kembali lagi kendati menjanjikan harta tahta dan kedudukan.

Sayangnya, Nita tidak memahami hal itu. Dia lena dan tertipu dengan gemelapnya dunia.

"Aku tahu itu, Nita sudah cerita. Harusnya kamu bisa memahami, dia benar-benar serius sampai datang kesini untuk memintamu rujuk." beber Ira.

"Bahkan yang tak pernah engkau tahu, dan siapapun tak pernah tahu. Nita jatuh sakit lantaran mikirin kamu, saking mikirin kamu, dia sampai tidak enak makan dan minum." tutur Nita.

"Apa engkau tega membiarkan Nita begitu?" hardik Ira.

Lalu dia menatap Rimba, sambil berharap dia bisa memahami dan bersedia rujuk dengan Nita.

Ira juga mengaku, kedatangannya ke Surabaya lantaran dia diminta Nita.

Baca juga: Dari yang Tersisa III (bagian tiga)

Sebab meski Nita sudah bertemu Rimba beberapa kali dan meminta rujuk tetapi dia menanggapi secara dingin.

Nita kerap menghubungi Rimba melalui sambungan seluler dan menyempatkan diri bertemu secara tatap mata. Sayangnya, dia  tidak tertarik mengilas balik masa lalu.

Rimba hanya menghargai Nita karena masih ingin berkomunikasi. Lebih dari itu dia tidak punya hasrat untuk hidup satu atap dengan Nita lagi.

Tapi sebenarnya Rimba merasa iba, sebab Nita jauh jauh dari ujung barat ingin bertemu dengannya dan meminta rujuk.

Melihat pengorbanan Nita itu, hati Rimba sebenarnya mulai luluh, sedih. Air matanyapun sempat jatuh walau hanya beberapa tetes.

Disaat seperti itu Nita memberanikan diri menyentuh tangan rimba sembari meggengam erat-erat. Nita juga menangis sesekali menatap wajah wajah nya yang tertunduk. Lalu dia menyapa nya dengan lirih.

"Baru kali ini aku melihatmu menangis, kau tampak sedih juga, kenapa? Ini tidak pernah aku lihat saat kita hidup bersama," tanya Nita waktu itu.

Rimba tidak menjawab, ia hanya bengong, Lantas Nita semakin mendekat kan tubuhnya ke Rimba, tanpa pertimbangan lagi dia langsung memeluk tubuh mantan teman hidup nya itu.

Rimba sebenarnya kaget tapi dia membiarkan Nita memeluknya.

Ketika Nita kembali memeluk Rimba, ia teringat masa lalu, seketika hatinya merasa damai.

Mendapat kesempatan itu, Nita semakin mempererat pelukannya lalu meletakkan kepalanya di bahu Rimba.

"Lepaskan pelukan mu Nit, kita bukan siapa siapa lagi," tegas Rimba.

Namun Nita malah semakin mempererat pelukannya seolah tak ingin melepaskan. Bahkan ia berani membuka baju nya dan  memeluknya kembali.

Rimba hanya mendesah panjang menyikapi ulah Nita yang semakin menjadi itu. Walau dia tidak memungkiri merasakan damai saat di pelukannya. Apalagi saat ini dia mencium aroma tubuh Nita kembali.

Hasrat Rimba pun membuncah, tapi ia masih berpikir sehat dan mengendalikan keinginan nya itu. Lantas ia pun melepas paksa tangan Nita yang masih erat memeluknya.

Tapi Nita menolak, berontak, marah bahkan memukul dan menendang Rimba hingga  terhuyung ke belakang.

Rimba hanya meringis sembari menahan sakit pun menahan amarah.

Setelah berhasil memenangkan diri lalu dia berdiri dan melangkah ke arah Nita.

"Aku tahu kau punya kemampuan bela diri, tapi aku bisa membuatmu tak berdaya. Saya ingatkan jangan kau ulangi lagi," setelah itu Rimba meninggalkan Nita.

Baca juga: Dari yang Tersisa IV (bagian tiga)

Sidoarjo, Februari 2021
Bersambung......

Editor : awsnews.id

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru