TRENGGALEK, KABARHIT Mendukung Penyusunan Rencana Kerja Daerah (RKPD) Kabupaten Trenggalek menyelenggarakan Rembug Stunting, Selasa (27/02/24) di Agropark, Ngantru, Trenggalek.
Pertemuan yang dibuka Asisten Pemerintahan dan Kesra, dr, Saeroni, MM, RS ini dihadiri Tenaga Ahli Ditjen Bangda Kementrian Dalam Negeri Regional Jatim, Ketua DPRD, Sekda Kab, OPD, Camat, Kepala Puskesmas hingga Kepala Desa se-Trenggalek.
Baca juga: Lomba Burung Berkicau Danpuspenerbal Cup 2024 Meriahkan HUT ke-68 Penerbal 2024
Kepala BKKBN Jawa Timur, Dra. Maria Ernawati, MM hadir sebagai pembicara, secara spesifik memaparkan Strategi Percepatan Penurunan Stunting yang telah di Jawa Timur.
Maria Ernawati menyebut, untuk memerdekakan anak dari stunting, yang paling utama adalah bagaimana upaya pencegahannya. Melalui pendampingan, sebagaimana langkah BKKBN yang tertuang dalam RAN PASTI yaitu membentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK). Hingga saat ini di Jatim terdapat 31.243 TPK atau 93.729 anggota TPK yang terus bergerak untuk mendampingi keluarga berisiko stunting.
“Langkah selanjutnya adalah mengedukasi keluarga agar paham akan kesehatan, salah satunya melalui gerakan kembali posyandu. Karena stunting selain karena kurang gizi, juga akibat kurang baik dari segi kesehatan lingkungannya. Contoh, air minum yang tidak layak dan kondisi jamban yang kurang layak,” ujar Erna.
Baca juga: Kloter Pertama, Gubernur Adhy Lepas Jemaah haji Emberkasih Surabaya ke Tanah Suci
Kepala BKKBN Jatim lalu menggarisbawahi pentingnya pemeriksaan kesehatan untuk calon pengantin (catin) dan mencatat hasilnya ke aplikasi Elsimil. “Untuk para catin BKKBN ada aplikasi untuk persiapan catin dan untuk melihat sudah siapkah kondisi kesehatan mereka untuk nikah dan hamil, yaitu dengan Elsimil, Elektronik Siap Nikah dan Hamil.
Disamping itu, Kepala BKKBN Jatim juga mendorong semua unsur dalam masyarakat bisa terlibat dan bekerja sama dalam memerdekakan anak dari stunting, dengan memberikan perhatian terutama pada keluarga yangg beresiko stunting yaitu calon pengantin, ibu hamil, pasca persalinan (nifas), serta keluarga yang punya anak balita.
Berdasarkan hasil SSGI, prevalensi stunting Kabupaten Trenggalek pada 2021 adalah 18,1% kemudian naik menjadi 19,5% pada tahun 2022. Kepala Dinkes PPKB Trenggalek, dr. Sunarto menyebut pihaknya akan fokus pada aksi konvergensi semua sektor termasuk pihak swasta agar permasalahan stunting bisa diatasi.
Baca juga: Pemprov Jatim Mulai Benahi 331 Fasum Terdampak Gempa Bumi di Pulau Bawean
“Kita akan melaunching program PILUS (Piagam Lulus Stunting), yang dioptimalisasi pada TPK dengan cara mendampingi anak stunting sampai lulus, imbuhnya.
Artikel ini telah tayang sebelumnya di kabarhit.com dengan judul "BKKBN Jatim Gelar Rembug Stunting di Kabupaten Trenggalek". lihat harikel asli disini
Editor : Redaksi