Surabaya,AWSNews.id - "Ada hal lain mungkin yang Nita belum cerita sama kamu?" Kata Ira
"Apa itu Ir?" tanya Rimba penasaran.
Baca juga: Dari yang Tersisa III (bagian II)
Ira lalu membeberkan, bahwa Nita sebenarnya cemburu sama Puspa, walau dia tahu keduanya sebatas teman kerja. Tapi mereka kerap mendapatkan tugas keluar kota, bahkan sering berdua.
Pun keduanya sangat dekat, seolah tidak ada sekat atau batas dalam berinteraksi.
Nita menurut Ira, sebenarnya ingin mempermasalahkan hal itu, ingin bikin perhitungan dengan Puspa. Tapi dia tak cukup banyak bukti apalagi mereka benar-benar menjalankan tugas.
Nita lebih memilih diam, dan tak ingin memperkeruh, sebab walau hatinya curiga dia masih percaya sama suaminya. Karena kecurigaan Nita selama tidak pernah terbukti.
Tak hanya cemburu sama Puspa, Nita dulu pernah cemburu sama Wanda, saat mengantarnya pulang, hingga terjadi cekcok semalam. Tapi akhirnya terbantahkan karena tudingan itu tidak terbukti pula.
"Wajar Ir, karena kedekatan ku dengan dia, tapi selama aku hidup dengan Nita, aku tak pernah macam-macam dengan siapapun termasuk dengan Puspa. Aku dan Puspa sama-sama tahu batasan, walau aku sering ditugaskan berdua dengan dia," bebernya.
"Tapi yang dipermasalahkan Nita saat rumah tangga kalian sudah retak. Nita yakin kamu ada main dengan Puspa, tapi Nita membiarkan karena sadar posisi," beber Ira.
Mendengar perkataan Ira, Rimba cuma diam, ia kembali teringat Puspa, wanita yang dinikahinya setelah berpisah dengan Nita, tapi pengorbanannya sebelum hidup bersama cukuplah besar. Dan selalu hadir saat dibutuhkan.
Pernikahan Rimba dengan Puspa tidak pernah diketahui oleh Nita, sebab Rimba dan Puspa memutus komunikasi dengan mantan istri pertamanya itu, serta memilih tinggal di pinggiran kota.
Tapi Rimba tidak pernah membandingkan bandingkan dengan Nita.
Nita adalah Nita, orang yang pertamakali hidup dengannya dan memberikan pelajaran yang sangat berarti.
Sedangkan Puspa walau awalnya seorang teman, kadang dalam berinteraksi layaknya suami istri. Dan itu terjadi setelah rumah tangganya retak, hingga mereka benar-benar berucap janji suci
Nita sedikit kasar, keras kepala, berpikir tanpa perhitungan dan tidak pernah takut menghadapi risiko ketika sudah bertindak.
Sedangkan Puspa, lebih kalem, ulet, ramah dan rasa welas kasihnya kepada sesama sangat tinggi.
"Nita curiga kau dan Puspa bukan sekedar teman, tapi sudah jauh dari itu." ujar Ira.
"Sudah Ir, jangan seret masa lalu ku dengan Puspa juga Nita, itu sudah ku hapus, aku tak mau mengingatnya kembali." ujar Rimba.
Setelah itu, Rimba kembali teringat kembali masa lalunya, saat Nita mengulangi kesalahan yang sama, dia sengaja tidak mengabari akan kembali ke Jakarta saat ini.
Rimba ingin tahu, Nita sudah berubah atau tidak setelah dihukum. Akan tetapi setelah sampai di rumah, ia tidak tampak batang hidungnya.
Mertuanya pun juga tidak tahu dan mengatakan sudah berkali-kali diperingati agar tidak mengulangi kesalahannya.
Akhirnya dia pamit ke rumahnya Puspa, untuk menghilangkan rasa kesal dan amarahnya. Percuma dia mengamuk, menyakiti fisik Nita karena akan berdampak sangat fatal.
Jalan terbaik adalah menghardiknya, sampai dia benar-benar siap meninggalkan pola hidupnya yang hedon
***
Sesampainya di tempat Puspa, tampak Danang, Ika dan Wina sedang duduk di Gazebo, entah apa yang didiskusikan oleh mereka Rimba pun tidak mau tahu.
Ia duduk di sebelah Puspa, lalu menyulut rokoknya dan mengambil air mineral di depannya lalu meneguknya. Tanpa basa-basi Rimba lalu mengaku lapar.
"Aku lapar, ada sisi makanan enggak?" kata Rimba.
"Enggak ada Mas, sudah tak habisin," kata Wina sambil terkekeh.
"Kamu habisin semua," tanya Puspa serius.
"Bukan Aku, tapi Ika sama Danang tadi yang habisin, kan mereka tadi makan sepiring berdua, jadinya kurang jadi nambah terus," ujar Wina
"Bisa aja kamu Win candanya," kata Ika ketus.
"Kalau habis, aku tak cari makan diluar aja," kata Rimba.
Akhirnya Rimba mengambil kunci motor di ruang tamu, namun sebelum ngegas kendaraannya Puspa mengatakan ingin ikut, hingga jadi bahan candaan bagi teman-temannya, utamanya Ika.
"Hati-hati Pus, nanti ketahuan istrinya, katanya galak lho," ujar Ika.
"Kalau selingkuh jangan disini donk, pas tugas lebih aman dan tidak tejadi kiamat 7 hari," tambah Wina.
"Dipeluk Pus, biar hangat donk," sambung Danang. Lalu mereka tertawa bersama-sama.
Baca juga: Dari Yang Tersisa IV (bagian IV)
Namun, Puspa tidak menggubris, ia langsung sambil melambaikan tangan. Sementara Rimba cuma tersenyum melihat kelakuan teman-temannya itu.
Mereka tahu akan kedekatan Puspa sama Rimba, tapi mereka juga mengetahui, keduanya cuma sekedar dekat tidak pernah berbuat macam-macam.
Sebab mereka tahu, Rimba sangat setia sama Nita dan tak pernah memalingkan wajahnya ke wanita lain. Walau pernah dirayu oleh Wina dan Ika saat tugas berdua keluar kota.
Nah, sejak saat itu mereka merasa sungkan dan tak pernah bermacam-macam lagi, walau saat tugas mereka menyewa satu kamar hotel.
Tak berselang lama, tiba-tiba terdengar suara motor berhenti di depan gerbang. Lantas terdengar ketukan pintu sambil mengucapkan salam.
"Permisi...." katanya, mendengar yang mengetuk gerbang suara perempuan ketiganya kaget saling pandang satu sama lainnya.
Lantas Wina bergegas ke arah gerbang, sambil melihat siapa wanita itu.
Didepan gerbang tampak wanita kurus tinggi, langsing sedang berdiri. Wina kemudian memberi aba-aba segera mendekat. Wanita tersebut tampak asing bagi mereka.
Ika langsung membuka gerbang sambil bertanya tentang keperluan wanita tersebut. Mereka curiga wanita di depan gerbang sedang menyamar dan pura-pura cari alamat.
"Maaf, saya ingin ketemu Puspa," kata wanita itu.
"Kamu siapa?" tanya Danang, agak sarkas.
"Saya temannya," jawabnya.
"Ada keperluan apa?" Wina menimpali.
"Hanya ingin ketemu Puspa," jawab nya polos.
Mendengar jawaban bertele-tele itu, mereka akhirnya curiga dengan wanita di depannya.
Lantas Ika bertanya lagi. Namun jawaban wanita di hadapan mereka tetap sama, ingin ketemu Puspa.
Danang menambahkan, bila tidak menyebutkan keperluannya dengan jelas, maka ia akan mengusirnya dengan paksa. Tapi wanita itu tetap tenang.
Ia mengatakan hanya ingin ketemu Puspa. Lantas, Ika mendorongnya dan mereka segera menutup gerbang rapat-rapat.
Baca juga: Dari yang Tersisa IV (bagian tiga)
"Mbak, biarkan aku ketemu Puspa, walau gerbangnya ditutup aku bisa meloncati nya lho," ucap wanita itu.
"Loncat saja kalau kamu bisa," imbau Danang.
"Baik, jangan kaget ya..," teriak wanita itu.
Entah bagaimana caranya, wanita itu berhasil meloncati gerbang tersebut dan sekarang sudah berada dibelakang mereka.
Ketiganya kaget, sejenak saling pandang, kemudian bersiap-siap mengeroyoknya.
Akan tetapi wanita itu menahannya sebab kedatangannya tidak ingin bikin gaduh, hanya ingin ketemu Puspa.
Sebagai kompensasi, ia menyuruhnya mengikat lengannya hingga Puspa datang. Ia menyodorkan kedua tangannya disertai selendang yang dibalut dilehernya.
Tanpa pikir panjang Ika mengambil selendang wanita tersebut lantas mengikat tangannya.
Setelah itu, digiring lalu didudukkan bibir Gazebo, mereka melototi nya, ada rasa penasaran dibenak mereka.
Siapa sebenarnya wanita yang sebagian rambutnya di cat putih tersebut.
Danang lalu mendekat, memerhatikan wanita itu sambil mendekatkan wajahnya. Namun wanita tersebut tetap tenang, hanya tersenyum.
"Jangan sentuh aku Bang, aku sudah punya suami," tegas wanita tersebut.
Mendengar pengakuan itu, ketiganya saling pandang lalu sedikit mengambil posisi menjauh. Mereka berbisik-bisik curiga dia istrinya Rimba.
"Apa mungkin dia istrinya Rimba" kata Danang, Ika dan Wina pun mengangguk seolah meyakininya.
Lalu Wina menghubungi Puspa agar tidak balik bersama Rimba. Mereka khawatir nantinya terjadi kiamat 7 hari.
Namun, Puspa tidak bawa HP, ditinggal di Gazebo begitu pula dengan Rimba Hp nya juga ditinggal. Akhirnya mereka bingung tidak tahu harus berbuat apa-apa.
Sidoarjo, 2021
Editor : awsnews.id