Runtuhnya Tahta Gandari

author awsnews.id

- Pewarta

Selasa, 17 Okt 2023 01:29 WIB

Runtuhnya Tahta Gandari

i

Ilustrasi/Tangkapan Layar

Pada awal naik tahta, Gandari mampu memimpin wilayah kekuasaannya dengan cermat, cerdas dan dapat dukungan penuh dari panglima (pembantu utama) nya. Mulai panglima I sampai III, serta badan khusus prajurit perempuan 

Bahkan, badan khusus prajurit perempuan itu dilaporkan sudah melakukan beberapa kali pelatihan militer, mengasah daya tempur mereka. Menanamkan rasa nasionalme dan tunduk pada kebijakan raja.

Baca Juga: Dari yang Tersisa II (Puspa bagian II)

Mendengar gebrakan awal Gandari begitu gemilang. Para mantan raja dan segenap panglima yang sudah pensiun angkat topi.

Mereka berharap, agenda agenda ke depan bisa membangun kembali kejayaan kerajaan ini tempo dulu, sebagaimana capaian para raja sebelumnya.

Karena bagaimana pun, tahta Gandari saat ini pernah meraih puncak kejayaan, hingga tidak menyenangkan bagi kerajaan lain, yang sama sama berada di bawah naungan panji perisai. 

Sehingga, saat itu timbullah banyak fitnah, segala gerakannya diproteksi, dikucilkan, bahkan ada pihak lain yang sengaja ingin melenyapkan tahta tersebut di bawah kekuasaan panji perisai.

Kenapa? Karena pihak lain merasa terancam kepentingannya, tidak nyaman dengan gebrkan politik kerajaan tersebut.

Sebab, mereka merasa terganggu, merasa dirongrong. Padahal gerakan politik raja sebelum Gandari tidak menyentuh lahan mereka.

Kendati diproteksi dan dikucilkan, tahta itu tetap berdiri kokoh, raja dan panglimanya terus bergerak, sesuai arah kebijakan yang dikeluarkan oleh kerajaan panji perisai.

Dalam catatan kerajaan panji perisai, tahta Gandari sudah berdiri puluhan tahun, dengan prinsip tidak ingin mengintervensi kerajaan lain apalagi kerajaan lain intervensi terhadap wilayah kekuasaan mereka.

Prinsip mereka yakni duduk sama rendah berdiri sama tinggi. 

Selama puluhan tahun, tahta ini selalu dinahkodai prajurit kalangan pria. Dan baru kali ini mengalami perubahan. Ketika prajurit dari golongan kaum hawa mulai bersaing secara kuantitas maupun kualitas.

Sehingga kemampuan prajurit perempuan, tidak bisa dipandang sebelah mata. Maka interaksi dalam kerajaan kedudukan semua prajurit setara. Tidak ada yang di istimewakan. Semua menjalankan fungsi - tugas beserta kedudukannya.

***

Naiknya Gandari sebagai raja, tak lepas dari peran propaganda seorang mantan raja masa sebelumnya. Dari sudut pandangnya, sudah saatnya kerajaan ini dinahkoda seorang wanita.

Dia mengutarakan pertimbangannya, bahwa makin hari prajurit perempuan makin mumpuni, kompak dan keilmuwan mereka tidak perlu diragukan. 

Tidak hanya itu, sang mantan raja juga pernah memantau kerajaan kecil di wilayah lain. Didapati raja mereka dari kalangan perempuan.

Hal itu diketahui saat dia diundang untuk melatih prajurit disana. Ia membeberkan bahwa dirinya tengah berada di kandang macan.

Walau ia menyadari kerajaan ini masih berusia muda, tapi sepak terjang dan prestasi nya luar biasa, mampu mencetak cikal bakal pemimpin hebat dari kalangan kaum Hawa.

***

Tidak berapa lama berjalan. Kini, tahta Gandari mulai goyah, ada riak kecil dari prajurit yang menilai Gandari sudah mulai balelo.

Sekarang ia dianggap tidak lagi memikirkan wilayah kekuasaannya, singgasana raja dibiarkan kosong, bahkan para pembantu utamanya juga tidak jelas perannya.

Semua serba acuh, membiarkan roda pemerintahan menjadi timpang. Tak berjalan sebagaimana mestinya. 

Padahal sejak terpilih lalu dikukuhkan sebagai raja, Gandari beserta para pembantu utamanya berkomitmen untuk berjuang bersama mengembalikan kejayaan kerajaan.

Tapi sekarang dalam sekejap mata sudah berubah, semuanya seolah menghitamkan janjinya, dan akan mengaramkan kerjaan ditengah samudera yang tak berombak.

Di samping itu, mestinya Gandari saat ini sudah menyelesaikan latihan wajib militer II. Karena latihan wajib militer I sudah dilakukan oleh raja sebelumnya. Sebelum peralihan tahta ke tangan Gandari.

Namun karena semua abai, latihan wajib militer II belum dilaksanakan. Ini sangat disayangkan, mengingat Gandari juga harus melakukan perekrutan calon prajurit baru, guna melaksanakan latihan wajib militer I di bawah kepemimpinannya. 

Melihat suasana kurang kondusif, akhirnya beberapa prajurit berpangkat melakukan koordinasi. Menyoroti gaya kepemimpinan Gandari yang sudah mulai meresahkan. Mereka melakukan perundingan gelap.

Dari hasil pertemuan gelap itu. Terjadi  kesepakatan bahwa beberapa prajurit ingin menghimpun kekuatan, lalu melakukan gerakan makar (forum luar biasa). Meminta Gandari turun tahta, melepaskan mahkota raja. Kemudian mengangkat serta mengukuhkan raja baru.

Maka, bergeraklah beberapa prajurit militan, menyampaikan pendapat di depan forum keluarga besar kerajaan, di dalamnya terdapat beberapa mantan raja beserta panglimanya.

"Salam hormat, maaf tuan-tuan sekalian! Kami hanya ingin menyampaikan bahwa roda kerajaan saat ini sudah mulai amburadul. Baik raja maupun pembantunya sudah apatis, kerajaan berlahan mulai ditinggal dan tak terurus." kata prajurit dengan membuka dialog. 

"Dengan kondisi begini, kami sangat resah, karena kerajaan sudah tidak diperhatikan lagi." tambah prajurit lainnya.

"Demi kemaslahatan, kami ingin menggagas forum luar biasa, melengserkan Gandari dan mengangkat raja baru." Prajurit lain menimpali penuh semangat. 

Mendengar pembeberan beberapa prajurit itu, suasana kerajaan jadi geger. Para mantan raja dan panglimanya beserta yang hadir di tempat itu terbelalak. Apalagi mereka meminta melakukan forum luar biasa

Sedangkan, dalam waktu dekat kerajaan punya dua agenda besar, yakni melakukan latihan wajib militer II. Kemudian disambung agenda latihan wajib militer I.

Agenda wajib militer I waktunya sudah mepet, karena momentum perekrutan prajurit baru mestinya sudah dimulai. 

Tapi latihan wajib militer II belum diagendakan. Sehingga menjadi ke khawatiran mereka jadwalnya bertabrakan, dan bikin kacau balau.

Tidak hanya itu, jika kondisi sekarang didiamkan begitu saja, akan berdampak buruk terhadap generasi kerajaan berikut nya. Kerajaan menjadi suram, akan tenggelam dan sulit mengembalikan kejayaannya kembali.

Maka forum keluarga besar bias, timbullah pro kontra antara pro ganti Gandari dan tetap mempertahankan Gandari sebagai raja. 

"Jalan terbaik penyelesaian polemik ini kita harus duduk bersama. Jangan gegabah mengambil suatu keputusan, apalagi dalam rapat tidak resmi. Baiknya kita rembukan bersama dalam forum resmi kerajaan, baru kita ambil keputusan." Beber salah satu mantan punggawa kerajaan.

Akhirnya semua pada sepakat, kendati masih ada pihak kurang puas dari pihak yang menginginkan Gandari segera dilengserkan. 

***

Sesuai kesepakatan, dua hari setelah bergulirnya isu turunkan Gandari, maka berkumpulah seluruh anggota keluarga besar kerajaan dalam forum resmi.

Disana tampak dewan pertimbangan raja, mantan raja dan panglima, Gandari sendiri beserta jajarannya.

Kendati tidak semua bisa hadir, forum sudah dianggap mewakili punggawa kerajaan. kali ini, rapat di pimpin langsung oleh dewan pertimbangan raja.

Tanpa berbelit-belit, maka diberi kesempatan bagi seluruh anggota sidang untuk membeberkan apa sebenarnya yang terjadi pada pemerintahan Gandari. 

Dewan pertimbangan raja, selama ini menganggap bahwa pemerintahan Gandari stabil dan mempunyai visi jelas.

Sekarang malah meresahkan dan mengkhawtirkan, sehingga timbul polemik bagi prajurit yang pemikirannya sangat kritis. 

Pertama dewan pertimbangan raja memberikan kesempatan berbicara kepada prajurit yang ingin mengkudeta Gandari.

Tujuannya agar lebih fokus pada persoalan dan tidak lebar kemana-mana. Selanjutnya kesempatan kedua diberikan kepada Gandari untuk berbicara.

Berikutnya kepada mantan punggawa kerajaan, yang diundang secara resmi pada pertemuan resmi kali ini.

"Kondisi kerajaan dari sudut pandang kalangan prajurit sungguh sangat naif. Kami menilai raja beserta pembantu utamanya sudah tidak punya dedikasi dan loyalitas. Sekarang mereka ogah mengurusi masa depan nasib kerajaan, khususnya bagi prajurit yang akan mengikuti latihan wajib militer II." Beber Seno Pikatan, Prajurit yang terkenal kritis dan sedikit arogan pemikirannya. 

"Kami selalu bertanya, kemana gerangan sang raja beserta pembantunya, seolah olah tidak punya gereget lagi memikirkan nasib kerajaan, bahkan persiapan untuk wajib militer II pun raja beserta pembantunya tidak ada yang hadir dalam forum resmi. Ini tidak boleh didiamkan! Karena kerajaan masih punya agenda latihan wajib militer I, dan jika hal ini sampai tertunda maka kami akan kehilangan moment besar, bakal kehilangan aset yang sangat berharga." Lanjut Seno Pikatan.

Setelah Seno Pikatan menyampaikan pendapatnya. Forum langsung menghangat, sebab para pembantu Gandari tidak terima dengan pandangan itu.

Pandangan itu dianggap menghakimi, dinilai subjektif dan menyudutkan Gandari beserta jajarannya. Tidak mencerminkan prajurit setia pada kerajaan.

Baca Juga: Dari Yang Tersisa II (Puspa bagian I)

Akhirnya forum jadi kacau balau, nyaris rusuh. Semua bertahan dengan pendapat masing masing.

Bahkan dewan pertimbangan raja kelabakan tidak bisa mengendalikan forum yang kian memanas. 

Melihat situasi makin tidak stabil, lantaran perdebatan sengit kubu Ganadari dan pendukung Seno Pikatan. Maka mulailah mantan punggawa kerajaan berbicara menengahi.

Langkah pertama, ia meminta Gandari menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi. Sehingga menimbulkan polemik di dalam pemerintahannya. 

"Saya mohon maaf bila akhir-akhir ini tidak bisa mengurus kerajaan dan dianggap sudah balelo, tidak amanah lagi. Penilaian kalian tidaklah salah. Saya emang lalai, sudah tidak bisa konsen mengurus kerajaan ini." Beber Gandari dengan raut pucat berdiri di antara keluarga besar kerjaan. 

"Coba katakan dengan jujur karena tak semua yang hadir paham khususnya para mantan raja dan panglima." pintanya.

Gandari menarik nafas, lalu mulailah bercerita apa sebenarnya yang terjadi. Kenapa sekarang tidak bisa total mengurus kerjaan dan dianggap balelo mengkhianati sumpah pengukuhan jabatan.

Tapi baginya, bukan berarti dia tidak ingin berjuang memajukan tahta kerajaan. Ia masih punya komitmen untuk tetap memimpin, sampai tuntas masa tugasnya di kerajaan ini. 

"Dari pembeberan Gandari, akar permasalahannya sudah ketemu. Gandari menyatakan masih punya komitmen. Sekarang tinggal kalian, terutama pembantu utama Gandari. Apakah juga masih punya komitmen bersama Gandari membangun kerjaan ini lebih baik."

Mendangar hal itu, semua prajurit yang hadir dalam forum seketika menyatakan sepakat. Termasuk kubu Seno Pikatan.

Mereka siap bahu membahu berjuang bersama Gandari membangun kerjaan.

Maka, saat itu pula, dibentuklah panitia latihan wajib militer II dengan konsep sederhana. Adapun ketuanya di mandatkan kepada Seno Pikatan.
***

Nyatanya hari pelaksanaan latihan wajib militer II, baik Gandari dan pembantu utama nya tidak ada yang hadir mengawal keberlangsungan agenda itu. Hingga menimbulkan kegeraman bagi kubu Seno Pikatan.

Lalu bersuaralah lantang kembali Seno Pikatan, bahwa Gandari bersama pembantu utamanya melanggar komitmen. Sebab mereka tidak ada yang menampakkan batang hidungnya.

Bagi kubu Seno Pikatan, mereka benar-benar sudah sudah balelo dan tidak bisa dipercaya lagi. 

Mendengar woro woro itu, keluarga besar kerajaan geger lagi. Nyaris semua jengkel, marah pada Gandari dan para pembantu utamanya. Hal ini pula bikin Arya Panduko murka.

Sebagaimana diketahui, Arya Panduko merupakan mantan raja sekaligus sebagai pendukung utama suksesnya Gandari naik tahta. 

Sebagai pendukung, tetunya Arya Panduko sebelumnya sudah mewacanakan pada keluarga besar kerajaan, bahwa tahta ke depan harus dikendalikan oleh prajurit dari kalangan perempuan.

Ternyata usulan itu mendapatkan respon positif, bahkan pendiri kerajaan pun sepakat masa berikutnya kerajaan harus dipimpin oleh raja perempuan. 

Akhirnya pada forum tingkat tertinggi Gandari terpilih jadi raja! Kendati pada proses pemilihannya ia harus bersaing ketat dengan Joyo Anabrang dan Laksmi Wardhani. 

Kali ini Arya Panduko buka suara, ia blak-blakan Gandari beserta pembantu utamanya harus segera dilengserkan.

Menurutnya batas toleransi sudah tidak ada. Mereka benar benar lalai, balelo. Maka kepada prajurit militan ia menyarankan segera bentuk tim forum luar biasa.

Sebab, kerajaan perlu diselamatkan dari orang yang gagal menjaga amanah, agar tidak berdampak buruk.

Ia khawatir kerajaan akan ambruk, runtuh ditinggal para punggawa nya. Lalu cuma jadi puing puingnya cerita, dan generasi berikutnya sulit merintisnya kembali. 

Senada dengan Arya Panduko, muncullah gagasan dari mantan punggawa lain, dia awalnya diam saja. Tidak mengikuti perkembangan tahta Gandari, apatis, acuh tak menghiraukan isu itu.

Kini malah jadi garda terdepan menggalang kekuatan melengserkan Gandari.

Ia memberi woro woro, yang pro ganti Gandari dipersilahkan merapat. Menggagas konsep bersama agar polemik ini segera berkahir. 

Maka berbondong-bondonglah prajurit pro ganti Gandari merapat sesuai perintah tersebut, untuk bersama-sama menggagas konsep forum luar biasa.

Baca Juga: Dari yang Tersisa II (Puspa bagian III)

Sementara dalam forum itu, mantan punggawa kerajaan bertindak selaku mediator, pun menanggung segala akomodasi yang dibutuhkan.

Dengan adanya forum tersebut, Gandari dipastikan sebentar lagi akan kehilangan tahta nya. Sekaligus sebagai catatan sejarah bahwa raja pertama dari kalangan wanita terpental sebelum purna tugas. 

***

Suatu hari Arya Panduko berhasil menemui Gandari, ia diajak bicara secara bijak. Sekaligus minta pembeberan akan polemik yang terjadi.

Pun menanyakan tentang fungsi, tugas dan kedudukannya sebagai raja yang telah dikukuhkan.

Selain itu pula, pertemuan 4 mata dengan Gandari sebagai bentuk tanggung jawab nya selaku orang mencalonkannya sebagai raja, mengampanyekan sekaligus melakukan lobby ke senior kerajaan.

Sementara Gandari hanya tertunduk tidak berkutik dan hanya bisa minta maaf. 

"Maafkan saya bila tidak amanah." Kata Gandari.

"Realita ini tak ubahnya ngilas balik sejarah masa lalu, dulu rajanya hilang sekarang rajanya nampak kelihatan di mata, tapi tak bisa memimpin." tutur Arya Panduko.

"Untungnya di tengah carut marut itu, ada prajurit berpangkat tinggi berjuang yang menggantikan tugas raja. Aku meyakini prajurit itu akan mendapatkan banyak hikmah. Kaya pengalaman, nantinya akan tertanam jiwa besar. Ia akan bijak melihat realita. Tak akan bermain aman, karena jiwanya sudah tertempa keadaan." tambah Arya Panduko.

"Meninggalkan tanggung jawab, dan tanggung jawab itu malah diemban bukan oleh orang yang berwenang. Itu merupakan perkara rusak, tidak adil. Tapi itu terlihat indah karena demi kebaikan." tegas Arya Panduko. 

"Mohon maaf. Saya bukan pemimpin yang bisa mengemban amanah. Saya juga bukan seorang yang bijak. Mungkin saya juga perusak. Iya hidup saya memang penuh ketidak jelasan. Tidak bertanggung jawab. Tidak punya rasa peduli terhadap lingkungan sekitar." begitu kata Gandari penuh penyesalan. 

"Namun kenapa mereka melilih saya,  mengemban amanah sebesar itu? Jika memang meyakini  bahwa saya tidak mampu," ketus Gandari 

"Saya kira bukan pemikiran yang tepat menyalahkan mereka. Ini bukan perkara menyalahkan. Titik nya pada perkara tanggung jawab. Bila seorang itu lalai terhadap tanggung jawabnya, sudah dapat dipastikan ada beberapa faktor yang memengaruhinya hingga dia balelo." tukas Arya Panduko.

Suasana hening, tidak ada suara terdengar dari keduanya. Mereka sama sama merenung, Gandari berfikir bagaimana menjelaskan supaya semua orang percaya bahwa dirinya tidak pernah balelo, masih punya komitmen meneruskan tahta kekuasaannya.

Namun untuk menjelaskan semua itu, Gandari tidaklah mempunyai mental. Dirinya sudah dianggap salah, akhirnya ia pun merasa di posisi serba salah, menjelaskan salah, tidak menjelaskan juga salah. 

Hanya pembantu utamanya yang bisa memahami, berikut prajurit yang masih setia dengannya. Mereka tetap menjalin komunikasi tentang keberlangsungan tahta, dan mereka siap menjalankan roda kerjaan, kendati Gandari menghilang.

Mereka telah berkomitmen akan bahu membahu menangani program program kerajaan, menjalankan sesuai hasil kesepakatan musyawarah kerja para punggawa nya, hingga masa jabatan Gandari tuntas.

"Coba flashback kebelakang, awal ketika kamu ingin dicalonkan sebagai raja. Coba ingat!" Hardik Arya Panduko

"Tidak...... Aku tidak ingin mengingat itu lagi! Aku emang tidak amanah, dan sebenarnya aku tidak ingin dipilih jadi raja waktu itu!" Gandari menutup mata dan telinga. 

"Baik, cuma ada dua cara menyelesaikan polemik ini, jika kamu merasa tidak mampu. Pertama kau harus mundur, kalaupun engkau tidak siap menyatakan di depan keluarga besar kerajaan. Kau bisa gunakan cara lain, dengan membuat surat pernyataan. Adapun yang kedua, dengan cara proses forum luar biasa. Cara ini begitu mudah dan taktis." beber Arya Panduko.

"Ini tidak etis jika tetap dibiarkan! Engkau tiada maksimal menahkodai singgasana raja, malah yang penuh ikhlas dan meluangkan waktunya mengurus agenda agenda kerajaan dicurigai, diolok-olok punya kepentingan." lanjut Arya Panduko. 

Gandari masih tertunduk, ia tidak berani menatap senior kerajaan tersebut. Hatinya makin sedih dan tak bisa berbuat apa apa, mendapat ceceran seperti itu.

Akhirnya, ia pun memberinikan diri untuk berbicara, sekaligus berharap Arya Panduko tidak asal mengambil isu polemik dari satu sisi saja, agar informasi yang diterimanya bisa berimbang.

"Barangkali ada hal yang perlu dekoreksi lagi terkait penilaian semacam itu. Sebaiknya apapun informasinya jangan pernah menelan satu sumber saja. Melainkan semua sumber harus diserap, kaji secara seksama sebelum memberikan simpulan!" ujar Gandari

"Sekali lagi maafkan aku, karena tidak amanah!" pungkas Gandari.

25 Desember 2018

Editor : awsnews.id

BERITA TERBARU