Ayu Chen yang Zalim (bagian kedua)

author Roy Arudam

- Pewarta

Senin, 15 Jan 2024 18:24 WIB

Ayu Chen yang Zalim (bagian kedua)

i

Ilustrasi/net

Surabaya,AWSnews.id - Sore itu, tampak Bahar Khan bersama koleganya sedang mengadakan pertemuan di warkop ekspektasi, tempat ini biasanya dijadikan sebagai pertemuan khusus para pejabat penting negara.

Begitu pula dengan para pengusaha dan para makelar politik juga sering mengadakan deal-dealan dengan para kliennya.

Bahar Khan kali ini, diajak rembuk sejumlah koleganya yang dulu pernah melakukan perlawanan kepada penguasa.

Dia diundang untuk membahas program jangka panjang mengenai kemajuan ekonomi setelah terdampak serangan Covid-19. 

Sebelum menduduki jabatan starategis di lingkungan kekuasaan. Para kolega Bahar Khan sempat menjadi tawanan politik, mereka getol sekali meneriakkan tentang ketimpangan masyarakat, utamanya yang dirasakan wong cilik.

Kini mereka mengabdikan diri untuk negara, bukan semata-mata karena kekuasaan melainkan untuk kemaslahatan rakyat.

Kedatangan Bahar Khan rupanya diketahui oleh Ayu Chen, ia diam diam memerhatikannya, curiga pertemuan mereka akan membikin gerakan seperti dulu, menggulingkan pemerintahan yang sah.

Hatinya geram, sembari berjanji dia bakalan melabrak Bahar Khan ketika sudah balik dari pertemuan itu.

Tanpa berpikir panjang, Ayu Chen segera me ngegas mobilnya, melaju di jalanan yang penuh sesak oleh raungan kendaraan lain yang halu lalang.

Lalu memutuskan menunggu Bahar Khan di rumahnya.

Sesampainya disana, dia melangkah ke dalam rumah itu. Sambil merebahkan badannya di ruang tamu.

Namun, hatinya masih diselimuti oleh rasa geram, curiga dan amarah. Rasa emosinya membuncah dan siap meluapkan ketika Bahar Khan ada di depannya.

Selang beberapa lama orang yang ditunggu akhirnya datang. Bahar Khan mengucapkan salam, lalu menyapa Ayu Chen.

"Eh Ayu, udah lama disini?" sapa nya.

Namun, Ayu Chen tidak menjawab, ia berdiri dan melangkah ke arah Bahar Khan, raut wajahnya tidak bersahabat, matanya melotot memandang sekujur tubuh dia.

Bahar Khan yang melihat gelagat kekasihnya jadi bingung, ia tidak mengerti dengan sikapnya yang tidak bersahabat. ia mencoba memegang pundak Ayu Chen, namun malah ditepisnya. 

"Kamu ini apa-apaan, belum cukup fasilitas yang kau dapatkan?" semprot Ayu Chen.

Mendengar hal itu Bahar Khan makin tidak mengerti dengan perkataan Ayu Chen, ia hanya menunduk, sambil bertanya apa maksud dengan semua ini?

"Ayo jawab, jangan bersikap belagu seperti itu! " semprot Ayu Chen lagi,

"Aku tidak paham, sungguh aku tidak mengerti dengan yang kau katakan itu!" Duduklah, kita bicara baik baik, biar jelas." ajak dia.

"Jangan sok pura pura tak tahu, kamu tadi bahas apa bersama teman temanmu di warung ekspektasi," sergah Ayu Chen.

Mendengar cecaran itu, Bahar Khan jadi mengerti. Bahkan dia memahami kecurigaan Ayu Chen.

Lalu secara gamblang ia membeberkan perihal petemuan tersebut.

Namun Ayu Chen masih tidak percaya, ia tetap curiga bahwa pertemuan tadi merupakan agenda untuk melakukan penggulingan tampuk kekuasaan. 

Ayu Chen masih muring-muring, bahkan ia mengancam akan menyingkirkan mereka dari lingkaran kekuasaan, dan menarik fasilitas yang telah didapat Bahar Khan.

Tidak hanya itu, Ayu Chen juga mengancam akan memenjarakan mereka kembali, termasuk  mengasingkan kekasih yang ia cintai tersebut.

Mendengar perkataan Ayu Chen yang kasar, Bahar Khan terdiam. Lalu bergumam dalam hatinya, kenapa Ayu Chen masih tidak berubah, sama seperti yang kemarin. Selalu ada alasan untuk membuatnya marah, tidak hanya perkara besar, hal kecil adakalanya dibuat-buat untuk menyerang dan menyudutkan Bahar Khan, digoreng lalu diluapkan tanpa pertimbangan apapun.

Kendati begitu, dia tetap sabar dan mengalah. Tidak pernah sekalipun membalas perkataan Ayu Chen dengan sarkas.

Untuk meredam kemarahan Ayu Chen langkah yang dilakukan Bahar Khan adalah menepi, dan menjauh.

Ia berpikir percuma menjelaskan dan memberi arahan, jika dia sedang diselimuti rasa amarah. Diberi pengertian saat pikirannya normal adakalanya diindahkan, bila hal itu tidak sejalan dengan haluannya.

Bahar Khan lalu duduk di shofa, sembari mengajak Ayu Chen duduk d isampingnya.

"Duduklah sini sayang, akan kujelaskan semuanya. Kau tak perlu curiga akan pertemuan tadi. Percayalah!" ucapnya, dia meyakinkan Ayu Chen untuk percaya.

"Mana mungkin aku percaya, kalian mempunyai track record negatif, kalian selama ini biang kerusuhan yang terjadi di negeri ini. Lantas aku percaya begitu saja." Tegas si Ayu Chen, 

"Boleh saja kau tidak percaya sama orang lain, tapi keterlaluan bila engkau tidak lagi mempercayaiku. Sebab, ketidak percyaanmu, itu sama aja membuatku ragu akan ketulusan yang kau berikan selama ini." tegas Bahar Khan pula.

Bahar Khan lalu keluar meninggalkan Ayu Chen, memacu motor perjuangannya yang hampir sepuluh tahun menemaninya.

Ia dongkol kepada kekasihnya itu, namun hatinya masih tetap tenang dan bisa berpikir jernih.

Dia melewati jalan jalan kota yang sudah mulai sepi. Sementara ia tak tahu harus menuju kemana?

Ia hanya ingin menenangkan pikirannya, menikmati secangkir kopi hangat dan cerita cerita kisah para kesatria Nusantara dengan kejayaanya kala itu. 

Ia pun menghentikan laju motornya di pinggir jalan, sejenak mengambil HP nya dan membuka layarnya. Tampak ada 10 panggilan tak terjawab dan chat  dari Ayu Chen yang masuk.

Dalam pesannya Ayu Chen menanyakan posisi Bahar Khan, namun ia tidak membalasnya. 

Bahar Khan lalu menghubungi Shoe Lee Khan,  teman seperjuangannya dulu, yang sekarang bergelut dalam usaha kulinsr bebek goreng dan sudah memiliki tujuh stan. ia menyuruhnya merapat ke warkop pinggiran kota.


                                 ***

Di warkop pinggiran kota, kedua sahabat itu terlibat perbincangan serius.

Kali ini yang dibicarakan seputar persoalan bisnis. Bahar Khan minta arahan temannya itu, maklum dia memandang sahabat seperjuangannya tersebut patut ditiru dan di timba ilmunya dalam bidang dunia usaha.

Keberhasilannya dalam waktu singkat membuka tujuh stan patut diacungi jempol.

Apalagi kondisi saat ini, masih dalam serangan Pandemi Covid -19, yang mana banyak pengusaha mengalami penurunan income dan pemutusan kerja bagi karyawannya.

Namun beda dengan Shoe Lee Khan dia mampu mempertahankan usahanya, dikatakan demikian, tak ada stan yang ditutup dan tak ada pemutusan kerja bagi karyawannya.

Dia membeberkan kepada Bahar Khan sebenarnya usahanya juga sedang nyaris gulung tikar.

Namun akhirnya menemukan jalan keluar setelah dia berkenalan dengan seseorang, kemudian memberikan bantuan secara cuma-cuma.

Shoe Lee Khan menjabarkan bahwa orang itu misterius sekali. Sulit ditemui dan kontaknya jarang aktif, dan baru dua kali dia bertatap muka.

Lantas dia memberitahu orang tersebut bernama Rayajayanti yang biasa dipanggil Raya.

Mendengar nama itu, Bahar Khan kaget, orang itu teman kekasihnya Ayu Chen, dia bandar narkoba terbesar di kota ini.

Ia juga dibekingin oleh Ayu Chen. Sehingga selamat tak tersentuh. Di samping itu, Raya juga mengucurkan duit ratusan juta sebagai pengamanan bisnis haramnya itu.

Bahar Khan cuma bisa geleng kepala, tidak menyangka Shoe Lee Khan dapat suntikan modal dari dia.

Dulu, Bahar Khan sempat bertengkar hebat dengan Ayu Chen lantaran berteman dengan Raya.

Ia meminta pujaan hatinya itu menjauhinya. Ia khawatir Ayu Chen  terjerat, masuk dalam lingkaran sesatnya. Kemudian menjadi pecandu narkoba yang akan merusak masa depannya.

Namun Ayu Chen menyatakan tidak tertarik dengan barang haram itu. Ia hanya tertarik dengan jatah uang besar yang tiap bulannya disumpal kan ke kantongnya.


"Emang kamu ketemu pertama kali dimana dengan perempuan tersebut," tanya Bahar Khan.

"Di sepanjang jalan tol, waktu itu dia butuh bantuan saat ban nya bocor, lalu aku diajak ngopi di rest area. Kami saling berkenalan dan akhirnya dia berjanji akan memberikan modal untuk usahaku." beber Shoe Lee Khan.


"Selang beberapa hari, ia menghubungiku disuruh merapat ke warung ekspektasi, disana ia menepati janjinya, memberikan modal puluhan juta secara cuma cuma. Sejak saat itu, kami tidak pernah bertemu." kata Sho Lee Khan sambil terkekeh.

Bahar Khan manggut-manggut, tanpa disadari ada panggilan masuk ke WA nya, melihat yang muncul di layar Ayu Chen, ia lalu menakan tombol power agar nada deringnya tidak kedengaran.

Namun panggilan Ayu Chen terus berlangsung, Bahar Khan pun apriori, tidak meresponnya.

"Lho kenapa tidak diangkat?" tanya Sho Lee Khan.

"Tidak apa apa, tadi aku udah beritahu dia kalau ngopi sama kamu," kilah Bahar Khan.

"Barangkali ada yang penting, angkat saja nanti dia ngambek, kamu kan tahu bagaimana karakter dia," saran Shoe Lee Khan.

"Kalau marah, seakan dunia mau kiamat," ucap Bahar Khan, lalu keduanya ketawa.

Shoe Lee Khan kenal dan tahu akan karakter Ayu Chen, udah lama dia mengenalnya, waktu SMU dia selalu satu kelas mereka sampai lulus.

Dan di perguruan tinggi dia juga satu jurusan dengan dia. Maka tidak heran ketika Bahar Khan mengeluh akan sikap Ayu Chen, ia sudah paham.

Shoe Lee Khan menyarankan supaya temannya tersebut harus serba ekstra sabar dalam menanggapi sifat Ayu Chen yang tempramen.

Kendati begitu, ada sisi positif yang bisa dipetik oleh Bahar Khan dalam menghadapi gelagat Ayu Chen, yakni melatih kesabaran, tidak mudah reaktif dan menjadikan pikirannya lebih dewasa dan melihat sesuatu secara luas.

Nilai nilai positif inilah yang coba ditanamkan kepada Ayu Chen, namun tidak harus sekaligus semuanya butuh waktu.

Ia akan mengambil momen yang tepat. Sebab memaksakan agar dia menjadi baik tidaklah mudah, butuh waktu agar sejalan dengan yang diinginkan.


Bila ia memaksakan, dirinya khawatir akan menjadi bomerang dalam hubungannya. Bisa-bisa Ayu Chen makin galak, tidak bisa dikendalikan dan meluluh lantakkan apa yang ia rencanakan.

Maka se cerewet apapun kekasihnya itu, ia tetap bersabar memberikan arahan arahan yang baik, sambil mendoakan supaya Ayu Chen cepat berubah, dan menjadi seperti yang diinginkan.

17 Agustus 2022

Baca Juga: Dari Yang Tersisa II (Puspa bagian I)

Editor : awsnews.id

BERITA TERBARU