SURABAYA,AWSNews.id - Pada masa lampau dua orang yang awalnya berteman kini menjadi bermmusuan. Sebenarnya si lelaki tidak pernah menginginkan bermusuhan.
Si lelaki hanya ingin memperjuangkan rakyat, membela rakyat, memperjuangkan hak rakyat, namun oleh teman si wanita nya tersebut dimusuhi.
Menurut sumber lain, keduanya merupakan kekasih, selama menjalani masa berkasih itu. Tidak ditemukan adanya sebuah kecocokan
Mereka sering bertolak belakang secara pemikiran, kerap kali cekcok. Tapi keduanya masih tetap bertahan dalam hubungan.
"Sebenernya diakui atau tidak, kita tidak pernah akur dan selalu ada keributan kecil menghantui hubungan ini." Beber si wanita, sebut saja namanya Ayu Chen.
"Tapi jujur, aku tidak pernah bisa meninggalkan engkau! Bahkan aku takut kehilanganmu, setiap kita berjauhan, aku selalu merindu, menimbulkan pedihnya pilu, lantas merongrong air mataku jatuh di pipi bening ku! Aku tak berdaya dan aku hanya bisa menangis." Kata Ayu Chen,
"Iya aku juga merasakan hal yang sama. Tapi engkau terlalu sombong, angkuh, kau tak pernah memaknai nilai nilai kasih sayang. Padahal jika engkau bener bener mempunyai rasa itu, niscaya perbedaan selama ini tidak perlu diributkan, dijadikan perisai agar kita selalu gontok-gontokan, bukankah itu tiada guna! Membuang waktu, bahkan lebih membuka peluang kita pecah akibat keseringan bersitegang." Kata si lelaki, sebut saja Bahar Khan.
Kemudian Bahar Khan, meninggalkan Ayu Chen. Walau Ayu Chen menangis bahkan mengejarnya. Ia tetap meninggalkanya, tanpa menghiraukan suasana hati Ayu Chen yang terasa hancur berkeping.
Saat ini ada perasaan bersalah bagi nya, rasa sadar itu sudah mulai tumbuh bahwa dirinya selalu membikin mudharat bagi Bahar Khan.
Maklum, Ayu Chen masih belum dewasa, masih panjang angan angan, dilenakan oleh gemerlapnya warna warni kehidupan. Padahal sudah berapa kali, dibeberkan gemerlapnya dunia merupakan tipu daya yang membutakan mata hati.
Tapi Ayu Chen, tetap lah Ayu Chen, ia degil, tidak bisa menyerap wejangan Bahar Khan, bahkan ditentang nya mentah mentah.
Ia pernah berujar tindakannya sudah tegas, sesuai dengan prinsipnya. Padahal dirinya hanya menuruti hawa nafsu angkara murka di hatinya.
Lantaran apa yang dipikirkan Ayu Chen adalah kebutuhan materi hingga berimbas pada tertutup nya mata hatinya.
Bagi Bahar Khan, Ayu Chen bukanlah sesosok tegas, kadangkala tindakannya tidak sesuai dengan yang diucapkan. Tempramen, egois, keras kepala. Mau menang sendiri, plin-plan, tidak konsisten dengan sikapnya.
***
Beberapa tahun kemudian, mereka memilih jalan berbeda, Ayu Chen; menjadi sesosok asisten perempuan penguasa yang zalim, sombong pada rakyat nya.
Hak rakyat dirampas, rakyat yang melakukan perlawanan disikat, dipenjara bahkan diasingkan.
Pun Bahar Khan juga ditangkap lantaran tokoh penggerak dalam aksi gerakan makar bersama seribu massa.
Dia ditangkap saat ngopi bersama teman tamannya, saat itu sedang melakukan setting aksi.
Menurut info teliksandi negara, kelompok Bahar Khan paling ditakuti. Ia bahkan dianggap sebagai pemberontak ingin mengkudeta pemerintah.
Maka berbagai macam cara dilakukan agar gerakan Bahar Khan bisa dicegah oleh pemerintah.
Termasuk menawarkan kedudukan, proyek raksaa plus diiming - imingi keluar masuk tempat hiburan secara cuma cuma sepanjang hidupnya.
Ada diskotik, bahkan karaoke kelas elit, dengan pemandu lagu nya yang bening, dan sejumlah uang Miliyaran.
"Kamu ini Goblok, mengambil jalan oposisi dan mencoba merongrong kekuasaan ku! Aku ini orang hebat, di negeri ini tidak ada seorang pun bisa mengalahkan ku! Semuanya tunduk di dedepanku, kecuali kamu! Kamu ini emang kurang ajar, bikin diriku marah! Lalu apa yang bisa kau perbuat sekarang?" Kata Penguasa perempuan zalim itu, sambil menatap sinis Bahar kan.
"Sudah aku tawarkan beberapa fasilitas kepada mu, kedudukan, tapi kau menolak mentah mentah! Kamu sok idealis, kamu bisa apa dengan idealisme mu itu? Bisa lepas dari krangkeng itu, kamu saya akui hebat, apalagi bisa keluar dari ruangan ini. Maka sepenuhnya dan seluruh hartaku akan diserahkan kepada mu! Jika kau bisa keluar dengan selamat." kata nya, sambil memegang dagu Bahar Khan yang tidak berdaya.
"Terakhir, sebelum kau ku asingkan, utarakan permintaan mu! Jika kami sanggup kami akan memenuhinya." katanya.
Bahar Khan diam! Tidak menggubris perkataan perempuan penguasa itu, ia berdoa semoga sang penguasa sadar, menjadi pemimpin baik, bisa evaluasi diri, bukan membela diri. Memanfaatkan kekuasaan dan kekuatan nya.
Bukankah kekuasaan itu hanya sebentar, tidak permanen! Kekuasaan amanah dari Tuhan, dan sewaktu waktu jika Tuhan menghendaki kekuasaan itu hancur. Niscaya akan hancur, tidak ada satu kekuatan pun bisa mencegahnya.
Sejauh ini, pernahkan penguasa mengakui bahwa dirinya mengakui kesalahannya, kezalimannya, kemudian kembali kepada jalan benar, bertaubat kepada Tuhan? Dan menjalankan roda pemerintahan secara adil untuk rakyatnya.
"Permintaan saya cuma satu, pertemukan saya dengan Ayu Chen. Biarkan saya bicara empat mata dengannya," pinta Bahar Khan.
Mendengar itu, sang penguasa kaget, siapa lelaki ini sebenarnya? Kenapa ia ingin jumpa dengan asistennya?
Tanpa banyak bicara maka didatangkanlah Ayu Chen sang pujaan hatinya yang mengambil jalan berbeda, demi harta dan kedudukan agar derajat nya di ranah sosial, dihormati, disegani dan menduduki puncak kasta tertinggi di mata masyarakat.
Memang Ayu Chen pada masa itu, mencari ilmu hanya ingin mencari kedudukan, pekerjaan, mencari ijazah, dengan IPK diatas angka tiga, menjadi orang pintar, dan strata sosial nya mentereng.
Jika tujuan mencari ilmu hanya untuk cerdas, pintar dan yang selaras dengan itu! Banyak orang orang berkedudukan tinggi menjadi tersangka korupsi.
Lalu apakah mereka tidak cerdas? Sudah tentu cerdas dan berada di kasta tertinggi strata sosialnya.
Dan sudah berapa orang cerdas, berkedudukan tinggi di negeri ini telah terjaring korupsi? Kita tinggal menghitung nya saja!
***
Ayu Chen, melangkah lunglai menuju ruang penjara bawah tanah Bahar Khan, saat ini hati nya terasa tercabik cabik, air mata bercucuran tak sanggup ia bendung.
Sesampainya di penjara bawah tanah, ia berhenti. Kakinya tidak kuat melangkah, ia jatuh bersimpuh, menahan tangisan dan ratapan. Ia beringsut mendekati Bahar Khan
Ia tidak bisa berbuat apa apa. Tidak berdaya, apalagi menatap Bahar Khan, kekasihnya yang selama ini dimusuhi, lantaran harta, kedudukan dan atas nama kebutuhan perut dan selera semata.
Kenangan indah bersama Bahar Khan, masih bergelayut di hatinya. Setiap saat, setiap waktu hatinya selalu menjerit, mengingatnya, merindukannya.
Namun sekarang semuanya percuma. Rasa cinta nya telah kalah, jatuh tak berguna karena ia telah menjadikan dunia sebagai berhala di hati nya.
"Untuk apa kau menangis? Bukankah jalan ini, yang kau cari, sekarang kau sudah mendapatkan segalanya, dan ternyata semakin melenakanmu! Mata hatimu makin buta, tak bisa berpikir jernih." kata Bahar Khan.
"Sebelum aku diasingkan, aku berharap suatu saat kau akan berubah! Menjadi sesosok yang bijak, kalaupun kau tidak bisa bijak, maka sikapilah segala sesuatu dengan sederhana (mengerti). Selama ini kau terlalu arogan, tak bisa mengendalikan diri, hingga di matamu aku selalu berada disudut pandang yang salah!" tegas Bahar Khan
"Maafkan Aku!" Kata Ayu Chen lirih.
Tangisnya semakin menjadi, sampai air matanya pun sudah kering.
Saat ini ia membayangkan, bila Bahar Khan benar benar diasingkan, ia tidak sanggup menerima kenyataan itu! Karena bagaimanapun, ia sebenarnya begitu mencintai Bahar Khan, merindunya setiap saat. Kendati sekarang dia dimusuhi, lantaran harta tahta dan masalah kebutuhan hidup.
"Jika engkau diasingkan, maka aku akan ikut dengan mu!" Kata Ayu Chen, sambil meraih tangan Bahar Khan.
"Untuk apa? Biar saya yang menanggung semuanya, ini adalah bentuk konsekuensi dari gerakan makar yang saya bangun." bebernya.
"Mungkin juga ini nasibku yang harus ku terima dan biarlah kau semakin lena dengan gemerlap nya dunia yang kau dapat." ketus Bahar Khan
***
Ketika menjelang malam (petang), datanglah Ayu Chen, menemui Bahar Khan, di warkop temannya. Ia mengendarai Pajero keluaran terbaru.
Bahar Khan, yang sedang bersiap siap berangkat ke Musholla terdekat tersenyum menyambut ke kasihnya.
Kemudian, terjadilah perbincangan di antara keduanya penuh canda tawa, seolah pertikaian kemarin tiada lagi berada dibenak mereka.
Ternyata berdasarkan informasi teliksandi negara, Bahar Khan tidak jadi diasingkan. Pasalnya perempuan penguasa tergugah hatinya saat mengetahui Ayu Chen dan Bahar Khan menjalin hubungan.
Maka keputusan sang penguasa zalim itu berubah. Bahkan dia terenyuh saat menguping perbincangan keduanya. Ada kata kata dari Bahar Khan yang mampu mengubah kesombongan nya saat itu.
Maka saat itu pula, ia menengadahkan tangannya dan meminta ampun kepada Sang Pencipta, bahwa selama ini perbuatannya memang salah, zalim, banyak kebijakan menyengsarakan rakyat.
Dan ia berjanji tidak akan lagi mengulangi lagi perbuatan bejatnya yang tidak berprikemanusiaan, merampas hak rakyat.
Maka seluruh tahanan politik segera bebaskan dan diberi uang pesangon sebagai modal untuk usaha sekaligus diharapkan bisa menyumbang pendapatan bagi kota ini.
Baik melalui retribusi dan pajak yang diperuntukkan bagi mereka yang menekuni bidang wira usaha.
Sebagian pula diangkat pembantu sang penguasa, merumuskan kajian strategis memajukan kota ini, untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat.
Namun, Bahar Khan satu-satunya mantan tahanan politik yang menolak, baik uang pesangon bahkan kedudukan yang ditawarkan.
Ia hanya berjanji akan menjadi mitra yang baik bila kebijakan berpihak kepada rakyat
dan akan bersikap kritis bila terjadi ketimpangan.
Februari 2018
Baca Juga: Dari Yang Tersisa IV (bagian IV)
Editor : awsnews.id