Pro dan Kontra Lima Hari Sekolah di Ponorogo, Antara Kesiapan dan Kendala

awsnews.id
Pro dan Kontra Lima Hari Sekolah di Ponorogo, Antara Kesiapan dan Kendala

PONOROGO | ARTIK.ID - Ponorogo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang belum sepenuhnya menerapkan lima hari sekolah. Meski Permendikbud 23 Tahun 2017 memberikan kelonggaran bagi satuan pendidikan untuk menentukan hari sekolah, namun masih ada beberapa kendala yang dihadapi oleh sebagian sekolah di Ponorogo.

Salah satu kendala adalah ketersediaan sumber daya, baik sarana dan prasarana maupun tenaga pendidik dan kependidikan.

Baca juga: Banjir dan Lahar Dingin di Sumbar, Update Terbaru Korban Meninggal 43 Orang

Beberapa sekolah di daerah terpencil dan perbatasan masih kekurangan fasilitas belajar yang memadai, seperti ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, dan sarana olahraga. Selain itu, jumlah guru dan tenaga kependidikan juga belum memenuhi standar minimal.

Kendala lain adalah kesepakatan dengan wali murid dan komite sekolah. Sebagian orang tua masih beranggapan bahwa lima hari sekolah akan mengurangi waktu belajar anak di rumah.

Mereka khawatir anak tidak bisa mengikuti les tambahan atau bimbingan belajar di luar sekolah. Selain itu, ada juga orang tua yang merasa terbebani dengan biaya transportasi dan konsumsi anak jika harus mengantar dan menjemput anak setiap hari.

Kepala Dinas Pendidikan Ponorogo Nurhadi Hanuri mengatakan bahwa lima hari sekolah bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan.

"Tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik secara optimal, baik akademik maupun non-akademik. Untuk itu, lima hari sekolah harus dimaknai sebagai kesempatan untuk memberikan berbagai pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa," ungkapnya.

Baca juga: Siswa MIN 4 Jembrana Mengukir Prestasi dengan Meraih Juara Favorit Pildacil Se Provinsi Bali

Nurhadi menambahkan bahwa lima hari sekolah tidak berarti siswa hanya belajar di dalam kelas saja. Ada banyak kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler yang bisa dilakukan oleh siswa untuk mengasah kemampuan dan minat mereka.

Misalnya, kegiatan pramuka, seni budaya, olahraga, kewirausahaan, lingkungan hidup, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan ini juga bertujuan untuk membentuk karakter siswa yang berkualitas.

"Saya berharap bahwa semua pihak dapat mendukung pelaksanaan lima hari sekolah di Ponorogo," imbuhnya.

Nurhadi mengajak para guru, orang tua, komite sekolah, dan masyarakat untuk bersinergi dalam memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak.

Baca juga: Pembangunan Kantor Perwakilan DPD RI Jatim, Terobosan di Tengah Moratorium Menteri Keuangan

Ia juga mengimbau agar tidak terjebak dalam perdebatan tentang lima hari atau enam hari sekolah, tetapi lebih fokus pada proses dan hasil belajar siswa.

(diy)

Artikel ini telah tayang sebelumnya di artik.id dengan judul "Pro dan Kontra Lima Hari Sekolah di Ponorogo, Antara Kesiapan dan Kendala". lihat harikel asli disini

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru