Penyair Pulo Lasman Simanjuntak Punya Motto Sastra : Menulis Puisi Memang Tak Pernah Mati

awsnews.id
Penyair Pulo Lasman Simanjuntak Punya Motto Sastra : Menulis Puisi Memang Tak Pernah Mati

JAKARTA | rakyatjelata.com - Penyair dan Sastrawan Pulo Lasman Simanjuntak pertama kali menulis puisi berjudul IBUNDA dimuat di Harian Umum KOMPAS pada bln Juli 1977.

"Motto sastra saya adalah, menulis puisi memang tak pernah mati," kata penyair yang ratusan karya puisinya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal ini di Jakarta, Selasa (16/4/2024).

Baca juga: Asrilia Kurniati Maju Pilwali Surabaya Lewat Jalur Independen, Begini Program Ekonominya

Pada saat ini tengah persiapan penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8 diberi judul MEDITASI BATU.

Penyair Pulo Lasman Simanjuntak mengaku bahwa saat ini tengah persiapan untuk 'go internasional' mengirimkan karya puisi ke Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Taiwan, Republik Demokratik Timor Leste, Bangladesh dan negara India.

"Saya ingin memperkenalkan karya sastra Indonesia khususnya karya puisi dan sajak kepada masyarakat sastra mancanegara," pungkasnya.

Sementara karya puisinya-selain telah diterbitkan dalam 27 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia- juga karya puisinya telah dipublish (tayang) pada 169 media online (website).

Penyair berdarah 'batak' yang besar di Kota Jakarta ini sering diundang membaca puisi di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.

Dilahirkan di Kota Surabaya 20 Juni 1961, bekerja sebagai wartawan media online, saat ini bermukim di Perum Pamulang Permai I, Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
Kontak : 08561827332 (WA)

Berikut di bawah ini adalah sajian 14 karya puisi pilihan terbaik Penyair Pulo Lasman Simanjuntak.Selamat membaca.

Puisi

Pulo Lasman Simanjuntak

NYANYIAN TERLUKA UNTUK ANAKKU

suara batuk anakku
diketuk
dari batu penjuru
sejak matahari terbenam
berabad-abad
kita sudah terpisah
antar waktu dan pulau
hanya berjarak bumi
langit ketiga

bagi ayahmu yang lumpuh
tak mampu
menetaskan telur sperma
negeri di sana begitu terasing, nak

ibadah hanya sebatas kidung agung
tepi cakrawala tembus ke benua antartika
ataukah anakku
rajin jadi lakon sandiwara
bak menjelma
bila diperbincangkan sang pandita

hari ini juga demikian
nyaris tanaman bunga kelaparan
bertengkar dengan saudara pesakitan
tak berguna
karena sebentar lagi ia tidur lelap
jadi seekor daun pandan hijau
yang malas berjalan dengan kaki makin membengkak

hanya ada perlawanan
sia-sia membangun penjara
di samping rumah

kita harus percaya debata
anakku
nyanyikan terus
lagu sion pengharapan
walaupun terluka dengan amarah di rumah ibadah

sampai ayahmu kembali berubah rupa
menjadi seorang pujangga
yang menulis tentang busung kelaparan
tak kunjung selesai
utang piutang dan negeri yang terus kebakaran

Jakarta, Senin 24 Juli 2023

365 TAHUN MENYUSURI SUNGAI KELAPARAN

365 tahun sudah
aku menyusuri sungai kelaparan
teramat dalam
sampai menggelepar

mata airnya
sangat pahit
mengalir deras
ke muara air mata
terkadang berdarah-darah !

dari hulu ke hilir
hanya kutemukan
kejinya kehidupan
bahkan hari ke hari
hanya menghitung
pecahan matahari
jadi mata uang palsu
lalu dibawa berenang
sampai ke ujung bebatuan sungai kematian
tiba gelisah
ke pintu luar
lautan berombak

365 tahun sudah
aku menyusuri sungai kelaparan
mengikuti suara percikan air hidup
mengampuni tulang-tulang kering
dari dosa turunan
warisan nenek moyang pertama di bumi ini

sejak pagi buta
sepanjang musim pancaroba
bertapa sunyi kemarau
untuk andalkan panggilan ilahi

seperti akar-akar pohon
ditanam di tepi batang air
kuhirup daunnya yang makin menghijau
kukupas buahnya yang terus tumbuh

bukan dalam tumpukkan daging
melainkan tetap berlari sekencang-kencangnya
dalam roh dan kebenaran

Jakarta, Senin, 17 April 2023

DIAGNOSIS

bermula dari sehamparan lantai beton
disuntik kuman sangat dingin
ia tertidur nyenyak
tak sadar tubuhnya
dimakan lahap
sangat ganas

bertahun-tahun menikmati
harta kekayaan disebar
dengan tangan kemalasan

kini ia terbaring lemah
tenggorokannya lumpuh
dengan paru-paru berdarah
disedot kesunyian
mencair dalam slang infus biru

dipanggilnya keluarga inti
menghadap seribu malaikat
berjubah hijau lumut
dipaparkan gejala dan tanda klinis
dosanya tersumbat di jantung
amarahnya bersembunyi di ginjal

ia sendiri lari ke padang gurun
sangat ketakutan
sudah terbayang hari esok
mimpinya harus kembali turun
ke area pemakaman
sendirian
tak ada lagi
suguhan makanan dan minuman

Jakarta, Jumat 21 Oktober 2022

SANTET

mulut lelaki ini datang diam-diam
dari seberang pulau tikus
selalu tawarkan tipuan-tipuan
malam mengerikan di kuburan

tubuhnya dari pohon karet
kadang mengeluarkan darah segar
rajin bercumbu dengan binatang primata
tidur tanpa mantera

sekarang nyawanya sedang sakit keras
sekeras persungutannya
ditusuk bertubi-tubi jarum tajam para dukun
jampi-jampi kematian

tak mempan lagi oleh suntikan kesepian
di atas ranjangnya yang bersatu dengan akar bumi

ia bahkan suka bersetubuh dengan ribuan kutuk busuk yang membusuk
sampai dinihari menari-nari
seperti memanggil para arwah suara senyap
dewa-dewa bermeterai liar

"aku harus datang kepada pawang mpok ida berkuku panjang, minta maaf sambil membawa sekeranjang penyesalan kenapa rumah doa dijual jadi hunian baal perzinahan dan mabuk minuman keras, "katanya masih menunggu bantuan dari benua sodom dan gomora

Jakarta, Kamis 15 September 2022

PERTEMPURAN HARI TERAKHIR

lewat matahari yang berputar dalam imaji-imaji liar
hari raya yang nyaris kelaparan dalam kesunyian abadi
tanpa tangisan bayi

binatang haram pun jadi santapan rohani
di mezbah batu warna biru
penuh amarah
tanpa dendammu berterbangan
di atas meja makan ini

tegur sapa jadi rajin menolak
sebungkus nyanyian mengerikan
dibuangnya di atas meja kasir
persis berhadapan dengan sekolah
layar lebar dan sulit tidur
di ranjang kematian

lalu kutulis puisi yang paling mengeras
sekeras hatimu perempuan berwajah katarak
doyan mengunyah tumbuh-tumbuhan hijau

rahimnya telah terluka masa lalu
berakar kepahitan dan penyakit kambuhan
dari pulau seberang lautan

Jakarta , Minggu 8 Mei 2022

KAMI SENANG MENDAKI BUKIT-BUKIT ROHANI

kami senang
mendaki bukit-bukit rohani
sepanjang dua puluh enam tahun
keluar dari air dosa
kolam baptisan
bertubuh lumut
hitam legam

kadangkala kaki kami
sering terjebak
dalam panas membara
api belerang
berbau kecacatan
sperma tunggal

kami senang mendaki bukit-bukit rohani
dalam rumah sengketa
yang dihuni ratusan kecoa
pecahan kaca di atas kepala
bacaan mantera
dalam tanah
berakar sampah perzinahan
berhamburan kesedihan

kepanikan tertinggal
di atas meja surat perkawinan
rajin ibadah
disodorkan pelayanan
kadang telanjang kemarahan
pada bangunan yang telah ditahbiskan
tanpa papan nama
dalam kota tua
dekat terminal bus ledakan bom ransel
nyaris mencuri nyawaku
yang kian terluka parah

kini telah kehilangan
jabatan orang lewi
maupun roh semangat
dibanting di atas tanah berkarat

kami senang mendaki bukit-bukit rohani
mengalir dari puncak gunung berapi
ada di sekitar kehidupan
masa dewasa pandai berpuisi ria
sampai kami menjadi
manusia yang tumbuh subur
dipeluk kitab suci
setiap pagi

sungguh
kami senang mendaki
bukit-bukit rohani

Baca juga: Spucak Batu Sejuta Pohon Untuk Catcment Area Kota Batu

Jakarta, Minggu 11 Februari 2024

SEPI KAPAN MENCAIR

sunyi merayap
sepi tiarap
hening berharap
hidup nyaris kiamat

aku bertanya lagi,
tetapi pertanyaanku yang membeku
membentur jidat para pejabat
tak mau lagi berjabat erat

ketika berita kusebar
makin berkarat
ketika siaran kudendangkan
makin melarat

dengarlah,
oi, para pewarta
oi, para pujangga
di ujung otot usia menua
di muara ibu negeri
hijrah tumpah ruah

sepi
kapan mencair
akankah sampai
tiba
nyawa kita turun ke liang bumi
orang-orang mati
tak punya lagi
pengharapan
kepastian

Jakarta, Rabu, 31/1/2024

PERKAWINAN MEMBUSUK

perkawinan ini makin membusuk-
dipahat dengan air liur amarah berkepanjangan
dibenturkan suara jeritan ratusan hewan buas
yang muncul tiba-tiba
karena selalu ada kabar
kemurtadan hari kemarin

lalu segera dimasaknya
bumbu dan menu perkawinan
dalam dapur perapian
tempat para pendekar iblis
bertarung mau turun
ke dunia paling sunyi

nyaris menjelma menjadi seekor matahari terbenam
bintang-bintang berguguran
hari ketujuh jadi pesakitan
disiram air keras
sekeras hatinya yang kian
membatu

setelah melewati aliran-aliran sungai penghakiman
maka perkawinan harus menghadap pengadilan

semoga ada pasukan balatentara dari langit
yang mau jadi pembela
sehingga nama kita jangan sampai terhapus
dari kitab kehidupan
dari ayat-ayat suci hapalan
dari Tuhan yang masih kendali perkawinan

Jakarta, Senin, 22-1-2024

BERSAKSI

melalui layar zoom-
basah ditelan hujan malam
engkau masih di kamar mandi
mengguliti tulang-tulang tubuhmu
yang makin mencair
sebelum disampaikan khotbah tentang nubuatan
akhir zaman terlupakan

kuceritakan penderitaan
makin berkepanjangan
satu untuk para pahlawan iman
satu lagi untuk jamaah serabutan
aku tetap kelaparan

"seribu penyakit menular harus ditebar dalam rumah persinggahan, lihatlah tiap malam rembulan batuk darah minta suntikan obat-obatan dari rumah sakit orang miskin," teriaknya dari atas tikar yang penuh dendam dan kebohongan

aku harus segera meditasi
kembali ke gua-gua kesunyian
mengais barang-barang loakan
lantaran anakku yang gagah perkasa
senantiasa berpesan penuh kemarahan
jangan ada lagi perkakas logam yang dijual
atau perangkat elektronik dijejer
di jantung kiri dan etalase kematian

datanglah kepada Tuhan Yesus, pesanmu
sebab dari bukit hambalang
deru angin sangat kencang
semua diselesaikan
satu siksaan
kapan berakhir
hari-hari tak punya kepastian

Jakarta, Senin 12 Februari 2024

PUISIKU BERLARILAH

puisiku
berlarilah
menuju matahari sorehari
yang bersinar dengan amarah
kemarau panjang
kering
mengerikan

meledakkan gunung batu
memangkas bukit rohani
sampai daun-daun ikut berguguran

di atas ranjang
ia sering menjilati masa lalunya
yang purba

sekarang ia menjelma
jadi perempuan
dikutuk ular berbisa
cemburu membuta

bila meneteskan airmata
diurai tali-tali maut
mau menjemput

Jakarta, Senin, 5 Februari 2024

Baca juga: FPN Bersama Wali Kota Batu, Audensi Bahas Program SPUNCAK BATU

TANAH TAK BERBUAH

pada hari ketujuh
amarah sudah disiram
bahan bakar kecemasan
ditusuk dari tulang-tulang tubuhmu
menjelma jadi kepanikan
yang kian lapar

kita harus segera berangkat
menuju rumah ibadah
menyenangkan
tepat waktu
damai dan tenang

langsung kutebang
pohon percakapan
untuk orang-orang paling terhina
janda melarat ataukah anak-anak yatim piatu
yang lahir pada tiang bangunan kepelesiran

setelah itu ada kudengar
kata-kata kasar sang mahaguru
khatam ayat-ayat suci bertebaran
tak berjarak
penuh dendam
nyaris bergumul
airmata berdarah-darah

berhari-hari kata batin
jadi suatu pikiran penyesalan
paling memalukan
terkapar sampai di atas ranjang

lalu manusia rohaniku
terkubur rapi
di hamparan tanah
tak bertumbuh
tak berbuah

bahkan kini sampai membusuk
bau racunnya terus menyebar
ke pangkuan ibunda
dan perempuan lansia

masihkah kita
jadi pasangan sehati
dengan nama baptis
tercatat pada kitab kehidupan
semoga saja

Jakarta, Selasa 21 Februari 2023

MEDITASI BATU

pada akhirnya
kutikam pertarungan
berulangkali
tanpa belati tajam

amarah manusia lama
meledak dari lautan
paling dalam

maka harus kuakhiri
dengan meditasi batu
untuk menabur suara ilahi
di tanah yang berbuah

tanpa harus melirik
tabiat orang lain
karena aku wajib
menjadi manusia baru

Jakarta, Selasa 21 Februari 2023

MENUNGGU TELEPON DARI TUHAN

pagi ini,
saya masih menunggu telepon dari Tuhan
karena perut mulai
kelaparan
mau minta makan

adakah lagi
seekor burung gagak
terbang membawa sari makanan
yang bisa dihisap
siang dan malam

ataukah
dari seberang lautan
ada kapal datang
membawa muatan gandum atau ilalang
untuk disajikan di meja makan
seperti menu saudagar dan bangsawan
zaman kegelapan

pagi ini,
saya masih menunggu
telepon dari Tuhan
di tengah berita kepalsuan
siapa kalah atau menang
dihitung dengan jari tangan
jadilah kelaparan
makin memanjang

Jakarta, Kamis 15 Februari 2024

PERKAWINAN (33 TAHUN)

perkawinan kudus ini
telah melahirkan kesetiaan
kepada ajaran penurutan
Tuhan yang mengawal di depan
sejak usia masih perkasa
hingga tubuh masuk lansia

biarlah tangan kami berdua
tak akan lepas
terikat rantai emas

bila badai keras meluncur deras
di pintu hati cemas
hanya sehelai doa syafaat
diterbangkan
setinggi cakrawala pekat
hingga seratus malaikat
datang melawat

sampai dilanda kelaparan
sampai di gerbang kematian
atau Tuhan datang
dalam awan melayang
dan tiupan angin sakal

kami tetap bertahan
sampai kesudahan
dunia di tepi akhir zaman

Jakarta, Jumat 16 Februari 2024

Artikel ini telah tayang sebelumnya di rakyatjelata.com dengan judul "Penyair Pulo Lasman Simanjuntak Punya Motto Sastra : Menulis Puisi Memang Tak Pernah Mati". lihat harikel asli disini

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru